Tentang Salahuddin Al-Ayyubi


Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau yang lebih dikenal dengan Salahuddin Al-Ayyubi/Saldin/Salah ad-Din adalah seorang jenderal dan pejuang perang yang terkenal dikalangan Muslim maupun Kristen. Beliau lahir di Tikrit 532 H, wilayah Kurdi di utara Iraq. Salhuddin dikenal dengan sifat ksatrianya ketika perang salib dan pengampun terhadap musuhnya. Selain sebagai jenderal beliau juga seorang ulama yang sering memberi catatan kaki di kitab hadits Abu Dawud.
Ketika Imaduddin berhasil merebut wilaya Belbek, Lebanon, ayah Salahuddin diangkat menjadi Gubernur Belbek dan menjadi dekat Raja Suriah. Di kota inilah Salahuddin Al-Ayubbi belajar segala macam ilmu, mulai dari teknik perang, strategi, dan politik. Kemudian beliau pergi ke Damaskus untuk menuntuk ilmu teologi Sunni..

Di tahun 1169 Salahuddin diangkat menjadi Gubernur menggantikan pamnnya yang wafat. Ia dihadapkan pada masalah penataan perekonomian dan pertahanan Mesir. Brliau juga mulai menyusun strategi pembebasan Baitul Maqdis dari tentara Salib.

Penyerangan kaum Muslimin ke Yerussalem diawali dengan pembantaian secara biadap oleh tentara Salib. Hal ini diakui sendiri oleh mereka. "In Solomon's Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horse." Mendengar hal tersebut, Salahuddin memimpin penyerangan ke Yerussalem tahun 1187. Kristen mencatat hal ini sebagai Perang Salib ke-2 sepanjang sejarah. Tanggal 4 July 1187 pasukan Salahuddin berhasil menguasai wilayah di Hittin, Galilee. Dan dua bulan kemudian takluklah Baitul Maqdis ditangan pasukan Muslimin yang dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi.

Pada tahun 1189 tentara salib melancarkan aksi balasan (perang salib ketiga) yang dipimpin oleh Kaisar Jerman Federick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus, dan Raja Inggris Richard 'The Lion Heart'. Kendati diserbu tiga kekuatan sekaligus, Baitul Maqdis dapat dipertahankan.

Gencatan senjata akhirnya disepakati untuk menghentikan perang. Salahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian perdamaian pada tahun 1192. Di perjanjian itu wilayah Palestina dibagi menjadi dua (psisir Laut Tengah untuk orang Kristen dan perkotaan untuk orang islam, namun kedua belah pihak dapat mengunjungi kedua wilayah itu dengan aman).

Salahuddin yang dikenal sebagai Jenderal juga memiliki sisi humanis. Beliau pernah menghadiahkan es dan buah-buahan kepada Raja Richard ditengah situasi perang. Ketika menaklukkan Dinasti Fatimiyyah, Salahuddin tidak langsung mengusir keluarga tersebut dari istana. Beliau menunggu sampai raja sampai wafat, setelah itu baru mengungsikan keluarga ke tempat pengasingan. Tidak hanya itu, Salahuddin mengijinkan rakyat tinggal dikawasan bangsawan.

Dialah Salahuddin AL-Ayyubi, dikagumi dan disegani kawan maupun lawan, Seorang ksatria yang meletakkan kebenaran di jalan hidupnya. Dari sini kita belajar bahwa Salahuddin tidak hanya seorang jenderal perang tetapi juga pemimpin yang dekat dengan rakyatnya

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai