Kota Bukhara Pernah Menjadi Penghasil Ilmuwan Muslim



Bukhara merupakan sebuah wilayah yang berada di Uzbekistan berdekatan dengan Tukmenistan. Tahun 672 M, Ziyad bin Abihi memberikan mandat kepada Miqdam Rabi’ bin Haris untuk pergi dari Irak menuju daerah Khurasan. Selama menjalankan tugasnya Miqdam berhasil menaklukan wilayah tersebut hingga sampai ke wilayah Iran Timur. Ketika Ziyad meninggal, Muawiyyah yang menjabat Khalifah Bani Umayyah mengirim ekspedisi yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad untuk menaklukan Bukhara.

Pasukan Ubaidillah bin Ziyad tiba di Bukhara pada tahun 674 M untuk menyebarakan agama Islam. Pada masa awalnya Islam masuk ke Bukhara belum mendapat perhatian lebih oleh penduduk sekitar. Baru pada tahun 710 M Islam sudah mulai mengakar pada kehidupan masyarakat Bukhara.

Tahun 850 M, Dinasti Samanid menjadikan Bukhara sebagai ibukota. Dinasti Samanid berhasil menghidupkan kembali budaya dan bahasa Iran ke wilayah ini. Bukhara tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Dinasti Samanid kota ini juga menjadi sentra perdagangan yang berlangsung selama 150 tahun.

Pedagang-pedagang yang berasal dari Asia Barat dan Cina bertemu di kota ini untuk berbisnis. Di sini berkembang pembuatan kain sutera, perhiasan dari emas, perak yang diolah berbagai bentuk, tenunnan dari kapas, karpet, katun, dan produk tembaga. Kota Bukhara menjadi tempat penampungan segala produk yang dibawa oleh pedagang dari Asia Barat dan Cina. Selain itu suburnya tanah di Bukhara juga menjadikan kota ini berlimpah akan buah.

Masa-masa kejayaan Dinasti Samanid berimbas kepada majunya pendidikan Islam di kota ini. Sistem pendidikan umum dirubah sedemikian rupa. Pada setiap kampung dapat dijumpai sekolah-sekolah. Madrasah-madrasah pun terbuka terhadap pendidikan umum yang diajarkan kepada muridnya. Sementara bagi orang-orang yang berkecukupan, mereka lebih memilih putera puterinya untuk belajar dirumah dengan sistem home schooling.

Biasanya anak-anak memasuki sekolah pada usia enam tahun. Setelah itu mereka dapat melanjutkan studinya ke madrasah. Di madrasah terbagi menjadi tiga tingkat yang harus dilalui masing-masing tingkatan selama tiga tahun. Para pelajar dibekali ilmu pengetahuan, ilmu agama, aritmatika, jurisprudensi, logika, music dan tidak ketinggalan puisi. Bahasa Perisa dan Uzbek juga berkembang mengikuti geliat pendidikan di Bukhara.

Tokoh-tokoh besar pun lahir hasil dari pendidikan di Bukhara. Ulama dan ilmuwan Muslim yang besar di Bukhara antara lain Imam Bukhari (ahli hadits), Ibnu Sina (Bapak Kedokteran Modern, karyanya yang bernama The Canon of Medicine begitu dikenal di dunia Barat), Abu Hafsin Umar bin Mansur Al-Bukhari yang dikenali dengan nama Al-Bazzar, Al-Hafiz Abu Zakaria Abdul Rahim Ibnu Nasr Al-Bukhari, Abdul rahim bin Ahmad Al-Bukhari, dan Abu Al-Abbas Al-Maqdisi Al-Hambali.

Di bidang sastra juga bermunculan sastrawan dan penyair kelahiran Bukhara. Mereka sastrawan yang berasal dari Bukhara ialah, Ar-Raudaky, Fadhil Al-Bukhari, Am'aq Al-Bukhari, Al-Khajandi, Lutfullah An-Naisaburi, serta Ahmad Al-Karamani.

Tapi sayang harumnya nama Bukhara sebagai pusat intelektual Islam harus hancur luluh lantah karena serangan pasukan Mongol di bawah pimpinan Gengis Khan pada tahun 1220 M. Sekitar 70 ribu pasukan Gengis Khan berhasil menghancurkan peradaban Islam di Bukhara. Pasukan ini dengan kejamnya membantai para penduduk, membakar masjid dan madrasah juga bangunan penting lainnya. Pasukan Mongol ini juga menghancurkan peradaban Islam di Baghdad 32 tahun kemudian di bawah kepemimpinan Hulagu .


Sumber:  Republika

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai