Ketika KH. Idham Chalid Dipenjara Belanda




Dr. KH. Idham Chalid merupakan salah ulama Banjar yang banyak berkiprah di kancah nasional. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama selama 28 tahun. Selain itu, sebagai politisi beliau juga pernah menjabat ketua DPR dan MPR sekaligus salah satu pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  Pada masa revolusi kemerdekaan KH. Idham Chalid ikut berjuang bersama Hasan Basry demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Banua Banjar

KH. Idham Chalid bergabung dengan Sentral Organisasi Pemberontak  Indonesia Kalimantan (SOPIK) dalam upaya melakukan perlawanan terhadap tentara NICA Belanda. SOPIK beberapa kali melakukan aksi dengan melakukan kontak senjata dengan Belanda.

Aksi perlawanan yang dilancarkan SOPIK membuat Belanda bertindak dengan menangkap anggota SOPIK, salah satunya KH. Idham Chalid. Belanda menganggap KH. Idham Chalid sebagai dalang penyerangan beberapa aksi SOPIK.

KH. Idham Chalid ditangkap dan dibawa paksa Belanda ke penjara ketika sedang santai bermain catur dengan temannya.

Di sel penjara tersebut KH. Idham Chalid ditempatkan seorang diri. Mengetahui kapasitas KH. Idham Chalid sebagai tokoh penggerak perlawanan petugas penjara melakukan tindakan yang berbeda terhadap beliau.

KH. Idham Chalid mendapatkan beberapa siksaan oleh petugas. Beliau dilakukan secara tidak manusiawi dengan disiksa menggunakan sentrum. Perlakuan lain yang diterima KH. Idham Chalid ialah dipaksa meminum cairan yang mengakibatkan mata beliau buta seketika. Petugas juga menendang tubuh KH. Idham Chalid sebagai bentuk ancaman terhadap ulama sekaligus pejuang Banjar ini. Akibatnya, tulang punggung  beliau bengkok dan sering mengalami sakit ketika memasuki masa tua.

Selama di sel penjara pula KH. Idham Chalid dipaksa untuk memakai celana pendek dan tidak diperbolehkan memakai baju. Hal ini menjadi masalah besar bagi beliau yang mempunyai kewajiban solat lima waktu sebagai seorang muslim.

KH. Idham Chalid dipenjara Belanda selama 40 hari sebelum dibebaskan kembali. Atas jasa-jasa beliau yang berani melakukan perlawanan terhadap Belanda, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional. KH. Idham Chalid merupakan putera Banjar ketiga yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional setelah Pangeran Antasari bergelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dan Brigjen. Hasan Basry

Sumber:   nu.or.id

Comments

  1. Bagus infonya , cuma sebagai koreksi beliau ditahan belanda kurang lebih setahun bukan 40 hari , trims

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai