Satu Hari Menjelang


Satu hari menjelang pemilu, sudah semestinya kita berkaca pada proses pertarungan pemilu tahun 2019. Masyarakat dibenturkan dengan pengkotakan kubu serta pembentukan narasi cebong vs kampret. Kita sibuk bacakut, buta akan agenda "orang-orang tak terlihat" yang hanya menguntungkan segelintir golongan. Bahkan, tidak disangka lawan dari presiden terpilih pada pemilu menerima tawaran jabatan menteri dan meninggalkan gerbang oposisi. 


Tepat tanggal 20 Oktober 2019, ketika presiden terpilih menyampaikan pidato pelantikan pertamanya, dijelaskan bahwa pemerintah akan mengajak DPR untuk membuat UNDANG-UNADNG OMNIBUSLAW CIPTA KERJA. Dalam proses yang begitu cepat bahkan tak kasat mata maka undang-undang ini disahkan oleh DPR. Begitu tebal halaman demi halaman untuk bisa membaca habis undang-undang ini, yang dibagi menjadi beberapa klaster. Banyak pihak (rakyat) yang dinilai rugi dengan adanya undang-undang ini. TERLEBIH KAUM BURUH. Gelombang protes besar-besaran menyeruak seketika, khususnya di kalangan mahasiswa yang saya lihat dengan mata kepala sendiri.


Dalam perkembanganya, Undang-undang Cipta Kerja dinyatakan inkonstitusional bersyarat yang termaktum dalam keputusan MK. Namun pada akhirnya MK pula yang memutuskan bahwa UU Cipta Kerja konstitusional yang siap digunakan.


Berkaca dari yang telah dilalui, maka sudah sepantasnya tidak perlu lagi terlalu fanatik kepada calon presiden maupun partai politik yang selalu membuat embel-embel atas nama rakyat namun sejatinya menindas rakyat. Sebab begitu banyak "agenda tak terlihat" dibalik kontes pemilu. Walaupun pada akhirnya pilihan kita yang memenangkan pemilu, maka secara estetika pergerakan, kokohkanlah nurani agar tetap membersamai rakyat dan masyarakat adat . Tetap menjadi oposisi yang bermoral dengan mengedepankan rasio dan akal. Apabila suatu kebijakan merugikan rakyat, perlawanan tak akan surut. Namun, apabila suatu kebijakan memang berpihak kepada rakyat, tak akan salah jika didukung.


Sebagai rakyat, haruslah adil dalam menilai lalu tajam dalam bertindak.


Banjarbaru, 13-17 Februari 2024

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai