Mengenal Pendiri PSSI


Ir. Soeratin Sosrosoegondo lahir di Yogyakarta tanggal 17 Desember 1898. Ia merupakan seorang insinyur yang juga tokoh pendiri PSSI. Lahir dari keluarga terpelajar oleh ayah yang bernama R. Sosrosoegondo dan ibunya, R.A. Srie Woelan. Ayahnya merupakan seorang guru di Kweekschool yang menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Sementara ibunya masih ialah adik kandung pendiri Budi Oetomo yaitu, Soetomo.

Soeratin tercatat sebagai siswa di Koningen Wilhelmina School di Jakarta. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg. Ditengah semangatSumpah Pemuda yang menggelora, Soeratin coba memikirkan cara akan bangsa ini bersatu. Ide itu pun tersalur pada tahun 1930 ketika ia mendirikan PSSI. Ia berpendapat bahwa kehormatan bangsa tiidak hanya terletak pada kehebatab senjata tetapi juga pada bidang olahraga. Dan sepakbola menjadi pilihannya karena merupakan olahrag apopuler di Eropa saat itu.

Lahirlah PSSI pada 19 April 1930 di Yogyakarta. Hal ini sebagai bukti nyata dari Sumpah Pemuda yang ia ikrarkan. Ia mulai mendatangi tokoh-tokoh sepakbola pribumi di Yogyakarta, Solo, Magelang, Bandung, dan Jakarta. Mulai dari situlah beberapa agenda dibicarakan.

Mulai tahun 1931 mulai diadakan kompetisi rutin. Hal membuat kesibukan Soeratin tentunya bertambah. Karena selain menjadi Ketua PSSI, ia juga masih menjadi pegawai dengan posisi tinggi di perusahaan konstruksi milik Belanda. Kesibukan di PSSI membuat kinerjanya menurun di perusahaan itu. Ia berada diantara dua pilihan. Antara memilih PSSI atau menjadi pegawai perusahaan Belanda yang gajinya cukup menggiurkan sekitar 1.000 Gulden. Tentu ini situasi yang sulit.

Namun dengan rasa nasionalisme yang tinggi, ia lebih menjadi mengurusi PSSI untuk sepakbola negeri ini ketimbang menjadi pegawai peusahaan Belanda. Soeratin rela menaggalkan gaji yang besar itu. Karena dengan gaji itu memungkinkan dirinya menadji priayi. Tapi atas kesadaran yang lurus ia lebih memilih mengorbankan jiwa dan raganya untuk sepakbola Indonesia.

Hasilnya pun terlihat pada tahun 1938 ketika Indonesia ikut seta di Piala Dunia yang diselenggarakan di Prancis. Perlu diketahui saat itu hanya Indonesia wakil Asia. Dan jadilah negeri ini menjadi pionir sepakbola Asia.

Ketika 1940, Soeratin pindah ke kampung halamnnya di Bandung dan melepas jabatan Ketua PSSI. Jabatan diambil alih Artono Martonosuwignyo. Saat itulah kehidupannya menjadi sulit. Rumahnya semapat digaduhi tentara Belanda karena ia aktif sebagai Tentara Keamanan Rakyat..

Beliau tutup usia pada 1 Desember 1959 pada umur 60 tahun. Ia tiada setalah lama sakit dan tidak mampu menebus obat. Soeratin rela membuang jabatan tinggi di perusahaan Belanda untuk Republik ini. Ia tidak mencari kekayaan namun bersatunya dan jayanya negeri merupakan cita-cita mulianya. Soeratin merupakan contoh orang-orang yang berjuang demi kebenaran. Ditengah kisruh carut-marut  sepakbola negeri ini, apakah anda wahai Soeratin sedih melihat keadaan sekarang ini?

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai