Belanda pun Takut kepada Ulama


Dia adalah KH Ahmad Rifa'i, seseorang yang tidak akan luput pada deretan ulama-ulama tarekat Indonesia. Seorang Ulama yang mendapat penghormatan sebagai pahlawan nasional. Beliau lahir di desa Kendal, Jawa Tengah, 9 Muharram 1200 Hijriah (1786 M). Pada usia enam tahun ayah KH Ahmad Rafi'i meninggal dunia. Beliau kemudian diasuh oleh kakak perempuannya yang bersuamikan Kyai As'ari (pengurus ponpes di Kaliwungu).

Dari kakak iparnya beliau memperdalam ilmu agama sejak kecil. Dan ketika beliau cukup umur KH Ahmad Rifa'i jalan dakwah dengan menghelat tabligh keliling. Dari sanalah beliau menyuarakan sebuah nasehat-nasehat agama maupun ilmu-ilmu agama. Tapi diselang dakwah, KH Ahmad Rifa'i dengan lantang meneriakkan kemerdekaan tanah air dari tangan penjajah. Hal ini yang membuat Belanda was-was.

Dengan sikap berani lagi membela kebenaran itu, beliau sering berurusan dengan Belanda. Beliau pernah ditangkap, dipenjara bahkan diasingkan ke daerah-daerah. Saat diasingkan oleh Belanda, KH Ahmad Rifa'i malah mendirikan pondok pesantren. Hasilnya warga pun paham akan pendidikan agama dan perjuangan menempuh kemerdekaan.

Untuk menjauhkan diri sejenak dari Belanda, KH Ahmad Rifa'i pergi ke Tanah Suci untuk menimba ilmu. Beliau berguru langsung kepada para masyayikh, seperti Syekh Ahmad Ustman, Syekh Is Al-Barawi, dan Syekh Abdul Aziz Al Habisyi. Setelah itu beliau pergi ke Mesir beberapa saat juga untuk memperdalam ilmu.

Disaat kembali ke Indonesia, KH Ahmad Rafi'i kian mapan berdakwah. Bersama ulama-ulama tanah air yang belajar di Haramain, beliau mengadakan pertemuan yang membahas kehidupan kaum Muslimin di Indonesia yang masih berbau mistis dan kesyirikan. Hingga lahirlah sebuah gerakan pembaruan yang bernama Rifa'iyyah.Sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial agama.

Selain sebagai pendakwah KH Ahmad Rifa'i juga seorang pejuang yang menyerukan perlawanan terhadap Belanda. Beliau dengan lantang berusaha mempengaruhi masyarakat agar mengambil kemerdekaan dari himpitan penjajah

Karena dianggap terlalu membahayakan kedudukan Belanda, KH Ahmad Rifa'i diasingkan ke berbagai tempat. Beliau juga pernah diasingkan ke Ambon dan Manado. Tapi walau begitu beliau tidak sedikitpun takut terhadap ancaman-ancaman Belanda. Karena beliau yakin perjuangannya akan membawakan hasil dikemudian hari.

Dan hari ini juga kita merasakan hasil jerih payah dari KH Ahmad Rifa'i juga pejuang-pejuang lainnya yang merelakan seluruh raganya untuk kehidupan anak cucunya dimasa yang datang. Kita dengan tenang dapat keluar rumah setiap saat. Tidak perlu takut adanya teriakan-teriakan ancaman berbahasa Belanda yang menghampiri kita. Enak sekali hidup dijaman ini. Saking enaknya kita lupa perjuangan perjuangan pendahulu kita merebut kemerdekaan negeri ini.

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai