"Kerja Nyata", Katanya


Dalam menambah gula di perayaan 17-an, mereka membuat sebuah slogan. Hanya terdiri dua kata. Katanya juga tidak panjang, mudah diingat. Dalam perkara itu semua sah-sah saja membuat macam-macam dengan embel-embel sebuah slogan. Sebenarnya slogan itu apa sih?

Nyatanya slogan hanya sebuah perkataan. Semua itu dibalut dengan indah ditambah pernak-pernik. Tapi semua itu hanya untuk memperindah dan supaya mempunyai kesan menambah semangat bagi pembacanya. Tapi benarkah? Tapi setidaknya menambah pemebendaharaan kata bagi yang membaca.

"Kerja Nyata", begitu bunyinya. Dimana-mana pada spanduk-spanduk perayaan 17-an ada kata tersebut didampingi sebuah logo bertuliskan usia negeri ini merdeka dari penjajah. Untuk siapa "Kerja Nyata" ini ditujukan? Nyatanya kami rakyat-rakytmu selalu kerja setiap hari. Di keheningan subuh, ketika engkau-engkau wahai pejabat masih terlelap, kami sudah siap menyongsong hari untuk mengais rejeki. Belum lagi perjalan jauh kami menuju tempat kerja. Kami bermacam-macam di sini. Ada yang berjalan kaki puluhan meter, ada yang lebih beruntung dengan mengayuh sepeda, dan ada juga yang lebih beruntung. Pergi ke tempat kerja dengan mobil yang dihinggapi kesejukan tanpa terik matahari menuju sebuah gedung yang mewah. Entah itu gedung DPR maupun lainnya.

Sadarlah wahai yang di sana. Urus saja akhlakmu dahulu, selesaikan dengan dirimu dahulu. Setelah itu baru engkau-engkau pada berkoar-koar membimbing kami ke jalan yang benar. Kami tidak perlu acara seceromial yang menghabiskan biaya yang begitu besar. Kami perlu engkau bagi yang tahu diri. Suara kami dititipkan kepada kalian. Walaupun kami tidak kenal saudara.

Kami pilih kalian karena kami tahu bahwa saudara punya pendidikan lebih. Dibanding kami yang hanya bisa lulus sekolah menengah sudah syukur. Tapi nyatanya pendidikan saudara tidak mencerminkan ilmu saudara. Banyak berita-berita tentang saudara yang tidak bisa berhitung. Gaji sudah ditetapkan, ehh malah masih mau ditambah. Hamba yakin saudara khilaf karena tidak bisa berhitung. Mungkin jika ada waktu saudara bisa ke kampung kami. Di sini walau sarjana hanya bisa dihitung dengan jari tapi hampir semuanya pandai berhitung. Nahhh kami bisa menjadi pengajar untuk saudara. Tak usah diupah kok, kami ikhlas.

Setelah itu baru kita semua bekerja mencari keridhoan Yang Maha Esa. Saya bekerja, saudara bekerja, menteri-menteri bekerja, dan tentunya presiden bekerja. Barulah sama-sama kita bikin slogan untuk menjadi penyemangat bagi kita. Entah itu "Sesudah Kesulitan ada Kemudahan" atau "Tunjukkanlah Kami Jalan yang Lurus".

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai