Imam Al Ghazali Tentang Akal


Seakan-akan cahaya dalam kalbu, akal merupakan insting yang disiapkan untuk mengenali informasi-informasi nalar. Dengan itu semua hati dapat mengenali sesuatu. Tingkatan-tingkatan pada insting inilah berbeda satu sama lain

Bagaikan seorang raja yang mempunyai banyak pasukan, akal juga demikian. Pasukan akal terbagi menjadi tamyiz (kemampuan membedakan), daya hafal, dan pemahaman. Akal juga dapat menjadi kebahagiaan spiritual. Karena dapat menyebabkan aspek fisik memperoleh kekuatan.

Disini Imam Al Ghazali membagi akal sebagai jiwa rasional menjadi dua. Daya al 'amilat (praktis) dan daya al 'alimat (teoritis). Akal al 'amilat berperan dalam kreativitas dan akhlak manusia. Jadi, terwujudnya tingkah laku yang baik bergantung pada kekuatan akal praktis dalam menguasai daya-daya jiwa tersebut. Untuk akal teoritis digunakan untuk menyempurnakan substansinya yang bersifat immateri dan abstrak. Berhubungan dengan ilmu-ilmu abstrak dan universal.

Akal toritis memiliki empat tingkatan kemampuan. Yaitu berupa al aql al hayulani (akal meterial), al 'aql bi al malakat (habitual intellect), al 'aql bi al fi'il (akal aktual), dan al 'aql al mustahfad (akal perolehan)

Al hayulani merupakan akal yang berpotensi belaka. Artinya hanya memiliki kesanggupan untuk menangkap arti-arti murni yang tidak pernah berada dalam materi atau belum keluar.

Akal al malakat berfungsi berupa kesanggupan untuk berfikir abstrak secara murni mulai kelihatan sehingga dapat menangkap pengertian dan kaidah umum. Misalnya seluruh lebih besar daripada bagian

Akal fi'il merupakan akal yang lebih mudah dan lebih banyak pengertian dan kaidah umum yang dimaksud. Di tempat ini arti dari arti abstrak dikeluarkan setiap dikehendaki.

Sementara akal al mustafad mempunyai fungsi mengeluarkan arti-arti abstrak dikeluarkan lebih mudah

Secara singkat kreativitas dari akal-akal tersebut untuk menghasilkan ilmu seperti ini. Al hayulani merupakan sebuah potensi yang jika mendapat rangsangan dari luar akan berfungsi. Sementara al malakat berfungsi sebagai proses abstraksi. Dari proses inilah dapat menghasilkan pengertian. Hasil ini (pengertian) akan diteruskan menuju fi'il kemudian ke mustafad hingga menjadi ilmu.

Inilah pendapat Imam Al Ghazali mengenai akal.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai