Mungkin CIA Tidak Tahu


Jika alam murka itu ada sebabnya. Apa itu yang pasti lengkungan masih nampak. Yang diperlukan ialah meluruskannya. Dari sebuah garis lengkungan yang bimbang arahnya, menjadi satu bidang lurus yang diridhoi-Nya.

Lurus dalam berbagai bidang memang masih rentan. Meja pun belum tentu lurus bentuknya. Tapi yang pasti meja itu berguna bagi yang memakainya. Tidak peduli bahannya apa. Mungkin mulai dari kayu rewot yang diambil dari samping rumah, sampai beei kuat yang dilalui dari berbagai proses.

Untuk hal proses memang Engeng hanya tahu sedikit. Ia juga pernah melakukan sebuah proses. Tentang hal yang menyangkut 'artis sekolah' di tempatnya. Sebenarnya bukan hanya Engeng yang melakukan proses, tapi hampir semuanya. Berhubung ini 'artis sekolah' mau tidak mau harus ikut ambil bagian agar kecipratan tenarnya. Tidak masalah yang dilakukannya lillahi ta'ala atau kepada lainnya. Yang penting ikut.

Hingga akhirnya segala proses-proses selesai, bubarlah semuanya. Semuanya kembali normal. 'Artis sekolah' mendapat banyak simpati. Baik dari kalangan dekat maupun jauh. Sementara Engeng walaupun melakukan banyak proses tapi tidak digumbris sedikit pun dengan apa yang disebut ketenaran. Tapi setidaknya diriku peduli dengan dia, pikir Engeng. Sebenarnya Engeng melakukan hal baik tapi caranya salah. Untuk itu dia mencoba untuk lebih menggali dalam qalbu kepunyaannya.

Sibuk-sibuk Engeng menelusuri ruang qalbu, matanya tertarik untuk melihat koran yang menjadi lap digunakannya untuk membersihkan kaca. Korannya kusam tapi, masih jelas untuk dibaca sedikit. Engeng sebenarnya kurang mengerti yang tertulis di koran itu. Tapi ia pernah dengar sedikit tentang Intel CIA. Intel memang selalu punya rahasia. Sebuah rahasia yang hanya diketahunya. Tapi tidak diketahui orang banyak. Sambil terus membaca Engeng berpikir mungkin CIA tahu tentang dirinya. Ohh, memang jadi intel mengasikkan, pikir Engeng.

Asik-keasikan tiba-tiba, Engeng melihat seorang bawah murung berjalan. Tanya Engeng kepadanya. Dan ternyata orang itu dijambret. Sebenarnya orang itu sudah teriak minta tolong. Tapi sekitarnya seperti tidak tahu dan menutup telinga. Engeng yang entah kenapa iba kepadanya mencoba menawarkan hal yang sepantasnya.

Pikir Engeng, pantasnya ini bukan seperti 'artis sekolah'. Semua proses-proses ambil bagian oleh semua orang. Tidak untuk ini. Apa mungkin mereka tidak tahu kejadian ini? Pikir lagi Engeng. Jika itu benar, berarti Engeng lebih hebat daripada Intel CIA yang katanya punya rahasia yang tidak diketahui orang. Pantaslah diriku menjadi intel, pikir Engeng.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai