Hina Ciptaan-Nya berarti Menghina Penciptanya


Sebenarnya apa yang disebut dengan cinta sudah ternanam betul pada diri manusia. Sebab Tuhan telah menganugerahkan sebuah akal pada diri masing-masing manusia bagi yang merasa. Karena tidak sedikit jenis-jenis manusia yang mengusir sebuah akal dari bersemayamnya.
Inilah bedanya manusia dengan binatang. Jika binatang bebas tanpa bersalah menikam mangsanya, itu karena mereka tidak dianugerahkan sebuah akal dari Yang Maha Kuasa.

Berkuasa tidak tentu kuasa. Walau wilayah kekuasaannya luas, juga belum tentu. Apalagi jika hanya sebesar DKI. Tapi memang manusia selalu suka melampaui batas. Jika sudah di atas yang terasa bagaikan manusia yang bebas. Bebas pilih pasukan, bebas pilih kawan, dan juga bebas bertutur kata.

Berguna jika yang dituturkan adalah baik. Jika tidak. Mustinya tak usah. Apalagi hina sana sini. Sebenarnya itu masalah sang penghina. Menghina ciptaan Tuhan berarti menghina Sang Pencipta. Tapi syukur yang dihina hatinya tidak kering. Namun itu semua tentu ada kadarnya. Jika menyangkut kepercayaan. Itu lain lagi urusannya. Mungkin dengan penganutnya. Atau juga langsung mendapat pasukan-pasukan khusus dari Yang Maha Bekuasa

Untumg Tuhan Arrahman lagi Arrahim. Jika tidak mungkin ketika itu langsung ia lemparkan sepasang gunung tepat di wajahnya. Dan untung juga pengikutnya mengerti ajaran-ajaran-Nya yang dibawakan oleh rasul-Nya.

Ma'af selalu diterima. Tapi jika hinna diulang kembali. Mungkin jilid-jilid ma'af juga akan habis. Kalau sudah begitu tentu air yang beningpun akan menjadi keruh. Tapi syukur agama bagian-bagian dari pesan cinta dan damai.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai