Petualangan Pater Beek di Indonesia




Pater Beek merupakan orang yang peranannya begitu penting dalam sejarah Indonesia. Namun tidak banyak orang yang mengetahui juga mengenal sosok Pater Beek ini. Ia terdaftar sebagai salah satu agen Central Intelligence Agency (CIA), Amerika Serikat. Pater Beek mendapat mandat untuk menghancurkan Soekarno dan Komunisme di Indonesia dalam tahun 1965-1966.

Selain mengabdi kepada CIA, Pater Beek juga seorang agen dari Freemason. Freemason sendiri merupakan organisasi Zionis Yahudi Internasional. Organisasi ini diduga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1945 dengan tujuan membendung gerakan Islam Radikal. Oleh itu, Pater Beek menggunakan peran sebagai agen ganda.

Pater Beek yang lahir di Belanda, 12 Maret 1917 dengan nama asli Josephus Beek, memiliki dua misi ganda yaitu, mengahancurkan komunisme dan sekaligus melululantahkan kekuatan Islam.

Pater Beek pertama kali menginjakkan kaki di bumi pertiwi pada tahun 1939 sampai 1941. Saat itu, ia mengemban misi dari Ordo Jesuit untuk membumikan agama Kristen di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Untuk memperlancar misinya, ia mempelajari secara serius tentang pola hidup masyarakat Jawa serta kepercayaan agamanya. Pembedahannya terhadap agama Islam bisa dibilang cukup luas, untuk itu tidak ada yang luput dari perhatiannya dalam menjalankan misi ini.

Dari segala kajiannya itu, Pater Beek mendapat kesimpulan bahwa Islam menjadi kekuatan yang luar biasa dalam perlawanan rakyat terhadap penjajah. Selanjutnya tidak ada cara kecuali dengan melumpuhkan Islam, maka jalan akan lebih mulus.

Hasil segala kajiannya tersebut di bawanya ke Belanda. Di Belanda, pusat Ordo Jesuit, Pater Beek diangkat sebagai pasur dan menjadi pengikut garis keras Ordo Jesuit.

Tahun 1956, Peter Beek kembali memulai petualangannya di Indonesia. Ketika itu di Indonesia, situasi politik dalam negeri tidak menguntungkan pihak Barat. Soekarno sebagai lambang anti-kolonialisme disetiap pidatonya terus mengecam sikap pihak Barat yang tamak juga rakus. Karena itulah, Soekarno mempunyai hubungan hangat dengan beberapa negara Komunis. Melihat hal ini pihak Barat tentunya tidak tinggal diam. Pihak Barat kemudian menyusun sebuah konspirasi yang dapat mengubah peta perpolitikan di Indonesia.

Agen-agen terbaik CIA diturunkan untuk mengggulingkan Soekarno dan menghancurkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak luput juga kekuatan Islam yang menjadi bara perlawanan rakyat, juga akan dihancurkan. Pater Beek mendapat bantuan dari teman lamanya sesama pastur dalam menyukseskan misinya ini. Terhitung dua pastur (Pastur Melchers dan Pastur Djikstra) bergabung ke dalam jaringan Pater Beek.

Pater Beek juga tidak segan-segan menjalin hubungan erat dengan para pemimpin Angkatan Darat yang anti-komunis, seperti, Soeharto, Yoga Sugama, dan Ali Moertopo yang dibangunnya sejak 1950.

Sebelum terjalinnya hubungan antara Pater Beek dengan ketiga pimpinan Angkatan Darat tersebut, Pater Beek telah tahu lebih dahulu relasi ketiganya dengan CIA yang berawal dari pecahnya Peristiwa Madiun 1948 dan Peristiwa DI/TII. Sejak pecahnya peristiwa tersebut, semakin tampak bahwa sikap Angkatan Darat yang sangat anti-komunis namun juga tidak mendukung Islam. Ini sudah dipelajari oleh Pater Beek sebelum ia mendekati ketiga pimpinan Angkatan Darat tersebut.

Dalam hubungannya dengan ketiga pimpinan Angkatan Darat, Pater Beek tidak secara langsung melakukan hubungan untuk mempengaruhi mereka. Sebagai contoh ketika Pater Beek mencoba mempengaruhi Soeharto, ia menggunakan pengaruh Yoga Sugma dan Ali Moertopo. Adapun dalam merekrut Yoga Sugma dan Ali Moertopo, Pater Beek menggunakan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) sebagai jembatannya. Karena itulah, Pater Beek tetap menjadi aktor di balik layar yang memegan peranan kuat.

Sebelum pecahnya peristiwa G30S/PKI, Pater Beek melakukan berbagai gerakan bawah tanah dalam memberikan pelatihan dan kursus kepada para pemuda dan mahasiswa yang dikenal dengan kaderisasi sebulan. Para kadernya terdiri atas para pemuda dan mahasiswa anti-komunis yang tergabung dalam Partai Katolik Republik Indonesia. Pater Beek mendesak pembentukkan sebuah aliansi yang berpaham anti-komunis.Atas desakan Pater Beek, maka terbentuk Kesatuan Penggayangan Kup Gestapu pada 3 Oktober 1965. Selanjutnya organisasi ini berubah nama menjadi Front Pancasila pada 23 Oktober 1965.

Pembentukan Front Pancasila menjadi pencetus lahirnya kesatuan-kesatuan aksi, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), dan lain sebagainya. Kesemuan aksi mereka pada mulanya menuntut pembubaran PKI serta segala organisasi komunis yang ada. Seiring berjalannya hawa politik, semua menjalar dengan keinginan turunnya Presiden Soekarno.

Ketika gelombang masa aksi membludak, Pater Beek baru berani menampakkan diri dengan turun langsung dengan mahasiswa KAMI. Di gelombang aksi tersebut, jati diri Pater Beek tetap terjaga sebagai orang asing dari khalayak umum.

Aksi yang dilakukan KAMI ini tercatat dalam sejarah sebagai aksi yang besar. Mereka menggunakan jaket kuning yang berasal dari Amerika Serikat. Jaket itu dibagikan oleh Ali Moertopo agar masa menyatu dengan mahasiswa Universitas Indonesia (UI).

Akhirnya terbitiah Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar. Akai Pater Beek tidak berhenti sampai di situ. Ia kemudian memberikan 5.000 nama orang-orang komunis di Indonesia yang kemudian diserahkan ke CIA selanjutnya diteruskan ke Soeharto untuk dimusnahkan.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai