Cak Nun: Slamet Pusarbumi





Siapakah orang Jawa pertama yang mendarat di bulan?
Slamet
Lho?!

Iya. Bahkan Edwin Aldrin disebut belakangan dan Michell Collin tak seberuntung Slamet. Dengarkan berita itu kembali dengan seksama: “Niels Amstrong telah mendarat di bulan dengan Selamat...”

Tentulah ucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar menyebut Slamet dengan selamat.

Makanya, aja dumeh. Jangan pernah remehkan kami orang Jawa. Bahkan, dulu, Nabi Nuh itu aslinya orang Jawa. Kalau tidak, bagaimana mungkin beliau bisa bikin perahu raksasa. DI Timur Tengah hanya ada padang pedang pasir dan kegersangan.

Kemudian dari banjir bandang itu bangsa Jawa belajar bijak dan mengerti segala filsafat hidup yang baik. Maka Muhammad saw. Diturunkan di Arab –tempat kumpulan manusia paling berangasan.

Bangsa Jawa sendiri membangun aliran kepercayaannya sendiri diam-diam, kecuali yang tidak. Orang Jawa menjadi Raja di dalam dirinya sendiri. Mereka selalu unggul. Raja mereka mampu memangku jagat di pahanya, memangku bumi, bahkan Gunung Tidar itu tak hanya merupakan pusat Pulau Jawa, melainkan pusar bumi ini.

Jangan lupa Prabu Puntadewa dikuburkan di Demak dan Pendeta Anoman hidup kekal di Pulau Jawa menjaga pasungan Rahwana.

Kami selalu menang. Setidaknya merasa menang. Kami selalu unggul dan tinggal landas. Setidaknya merasa begitu.

Kami bisa kaya tanpa harta. Kami bisa mangan tanpa sega. Puasa tanpa puasa. Beramal tanpa amal. ....

Sumber: Emha Ainun Nadjib. 1993. “Secangkir Kopi Jon Pakir”. Bandung. Penerbit Mizan.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai