Istana-Istana Turki Utsmani




Masa berkuasanya kekhalifahan Turki Utsmani banyak menuai prestasi. Selain semakin luasnya penyebaran Islam, dinasti ini juga meninggalkan warna tersendiri bagi perkembangan Islam. Dalam bidang arsitektur, peninggalan-peninggalan Turki Utsmani masih banyak yang dapat dilihat keindahannya.

Arsitektur tinggi pada bangunan Turki Utsmani menambah kesan megah dan mewah. Tidak terkecuali istana-istana yang didiami oleh khalifah. Istana tersebut masih berdiri kokoh dan gagah yang ditambah kesan mewah. Ini menjadi salah satu bukti peninggalan sisa-sisa kejayaan Khalifah Turki Utsmani.

Istana Topkapi



Istana ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Biru. Di sini menjadi tempat pusat pemerintahan dan kediaman resmi sultan selama sekitar 400 tahun. Istana Topkapi adalah sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat empat halaman utama selebihnya hanya banyak bangunan yang lebih kecil. Letak istana ini berada persis di tepi pantai di titik pertemuan antara Selat Bosporus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn) dengan Laut Marmara. Istana Topkapi dibangun oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1453 dengan arsitektur khas dari Turki. Taman-taman indah menambah indah istana ini yang terhubung dengan bangunan lainnya.

Topkapi yang berasal dari Bahasa Turki memiliki arti gerbang meriam.

Istana Dolmabahce


 
Pembangunan istana ini menelan biaya lima juta koin emas Ottoman Mecidiye yang setara 35 ton emas yang dibangun oleh Sultan Abdul Mecid I. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan istana ini selama 13 tahun, yaitu dari 1843 sampai 1856. Terhitung istana ini pernah menjadi tempat tinggal enam khalifah Turki Utsmani. Istana ini terus dipakai hingga runtuhnya Khalifah Turki Utsmani pada tahun 1924. Khalifah terakhir yang mendiami istana ini ialah Abdul Mecid Efendi.

Istana Yildiz



Istana Yildiz dibangun di sebuah hutan alam yang dilandasi perhitungan yang matang. Sultan Abd al_hamid II mendiami istana ini pada akhir abad ke-19 karena keadaan mendesak. Sultan terpaksa pindah karena khawatir akan adanya serangan musuh dari arah lautan.

Ketika mendiami Istana Yildiz, sultan merencanakan membuat renovasi untuk memperbesar istana ini. Lalu sultan mempercayakan konsep renovasi tersebut pada seorang arsitek dari Italia, Raimondo D’Aronco. Seusai direnovasi, Istana Yildiz sudah dapat disejajarkan dengan istana-istana megah Turki lainnya.

Sumber: Republika

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai