Ekspedisi Jihad Pati Unus





Pati Unus merupakan raja Demak kedua yang memimpin selama tiga tahun dari tahun 1518 sampai 1521. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Pati Unus merupakan menantu dari pendiri Kerajaan Demak yaitu Raden Patah. Nama asli Pati Unus adalah Raden Abdul Qadir putra Raden Muhammad Yunus

Pati Unus juga dikenal dengan julukan Pangeran Sabrang Lor, sabrang artinya menyeberang, lor berarti utara. Julukan ini disematkan kepada Pati Unus karena keberaniannya menyeberangi Laut Jawa menuju ke Malaka untuk mengusir Portugis.

Ekspedisi jihad pertama untuk menaklukkan Malaka dari Portugis dilakukan pada tahun 1513 dengan mengirim armada kecil. Pasukan ini mencoba mendesak masuk ke benteng Portugis. Namun hal ini gagal dilakukan dan memaksa pasukan ini untuk kembali ke Jawa. Dari kegagalan ini Kerajaan Demak mulai mendapat pelajaran berharga. Demak pun mulai mempersiapkan penyerangan kembali ke Malaka. Persiapan pun dilakukan dengan membangun armada besar sebanyak 375 kapal yang dilakukan di Gowa, Sulawesi yang dikenal sebagai daerah ahli pembuatan kapal.

Memasuki tahun 1521, keseluruhan kapal hampir rampung dibangun. Maka walau baru menjabat sebagai penguasa Demak selama tiga tahu, Pati Unus tidak segan untuk meninggalkan segala kehormatan dari kehidupan kerajaan dengan memimpin pasukannya untuk menyerang Portugis di Malaka. Bahkan dua putranya dari pernikahan dengan putri Raden Patah juga turut ikut.

Pasukan Demak berangkat ke Malaka dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Pati Unus sebagai raja Demak langsung memimpin pasukannya untuk melawan Portugis di Malaka.

Di Malaka, Portugis sudah mempersiapkan diri dengan puluhan meriam besar di benteng-benteng Malaka. Ketika pasukan Demak mendekati pantai Malaka, sebuah peluru menghujam kapal yang ditumpangi oleh Pati Unus. Pati Unus gugur dalam perjuangan melawan penjajah Portugis yang berhasrat memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Walau Pati Unus gugur, pasukan Demak berhasil mendarat di Malaka. Di sini mereka bertempur dengan Portugis selama tiga malam. Banyak korban berjatuhan di pihak Portugis, karena itu mereka jarang sekali menceritakan pertempuran dahsyat ini. Keturunan Portugis di Malaka, kaum Papia Kristang hanya mengenal kemenangan Portugis dalam penyerangan Demak yang pertama pada tahun 1513.

Pasukan gabungan Demak yang juga menderita banyak korban memutuskan untuk kembali ke Jawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan Demak mengusir Portugis diantaranya ketidak harmonisan hubungan kesultanan-kesultanan Indonesia.

Putra Pati Unus yang ketiga dan kedua juga gugur dalam pertempuran ini. Sementara putra keduanya, Raden Abdullah selamat dan bergabung dengan armada yang tersisa untuk kembali ke Jawa. Sebagian tentara Kesultanan Malaka juga ikut dengan armada yang selamat untuk hijrah ke Jawa.

Sumber: Wikipedia

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai