Madinah Pra-Islam sampai Kedatangan Rasulullah SAW



Selain Mekkah, kota Madinah juga mempunyai cerita sendiri bagi perkembangan Islam. Di kota suci ini segala sesuatu yang bertentangan dengan Islam dilarang untuk dilakukan. Diantara larangan tersebut ialah tidak diperbolehkan untuk melakukan perburuan binatang, merusak lingkungan, apalagi perkelahian sampai menumpahkan darah.

Di Madinah sudah terdapat tiga kerajaan yang berdiri pada abad sebelum Masehi. Ketiga kerajaan tersebut, yaitu Kerajaaan Ma’niyin, Saba’iyin, dan Kaldaniyin yang membawa perubahan besar bagi perkembangan kota Madinah. Pada tahun 132 M terdapat tiga kabilah yang datang ke Madinah. Kabilah tersebut, Bani Quraizah, Bani Nazhir, dan Bani Qainuqa yang banyak melakukan aktifitas perkebunan di Madinah. Saat bendungan Ma’arib di Yaman runtuh, kabilah Aus dan Khadraj pergi ke Madinah untuk menyelamatkan diri. Di saat bersamaan, orang-orang Yahudi juga datang ke Madinah.

Kaum Yahudi di Madinah banyak memperkerjakan orang-orang dari Kabilah Aus dan Khadraj. Lambat laun kondisi Kabilah Aus dan Khadraj semakin membaik dan mulai menimbulkan keresahan bagi kaum Yahudi. Mereka takut disaingi oleh dua kabilah ini. Hingga terjadilah pertikaian antara kaum Yahudi dengan Kabilah Aus dan Khadraj.

Untuk meredam pertikaian, dilakukan pertemuan oleh masing-masing tokoh. Hasil pertemuan tersebut menyetujui bahwa semua pihak dapat hidup damai dan bersatu untuk melawan ancaman dari luar kota Madinah.

Kesepakatan tersebut tidak berlangsung lama karena kaum Yahudi melanggar perjanjian tersebut dan berusaha menjatuhkan kaum Aus dan Khadraj. Terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Melihat kondisi ini, kaum Aus dan Khadraj meminta bantuan kepada Ghassasinah yang berada di Syam. Sontak Ghassasinah mengirim pasukan untuk membantu kaum Aus dan Khadraj menumpas orang-orang Yahudi. Terjadi kesepakatan damai kembali antara kedua belah pihak. Namun, itupun tidak berlangsung lama. Kaum Yahudi kembali menyulut api pertikaian dengan menyebarkan fitnah.

Sebenarnya Madinah merupakan kota yang aman untuk didiami oleh segala makhluk. Hal ini didasarkan oleh hadist Rasulullah yang diriwayatkan Abu Huraurah r.a: Rasul bersabda “Pada jalan-jalan masuk menuju Madinah terdapat para malaikat (yang menjaga) sehingga wabah penyakit dan Dajjal tidak bisa melaluinya”.

Awalnya kota ini bernama Yastrib. Nama Yastrib diambil dari salah satu keturunan dari Nabi Nuh a.s. yang memimpin kabilah A’bil dan membangun kota ini. Setelah Rasulullah SAW berhijrah ke kota ini barulah dirubah menjadi Madinah al-Munawarah. Bersamaan dengan itu beberapa orang dan kabilah juga mendatangi Madinah dan melakukan perdagangan di kota ini.

Sebenarnya kota ini memiliki banyak nama selain Yastrib dan Madinah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para sejarawan terdapat lebih dari 90 nama. Nama-nama tersebut memiliki makna yang derajatnya sangat tinggi. Namun, berdasarkan dari hadits Rasulullah hanya ditemukan enam nama. Enam nama tersebut adalah Yastrib, Madinah, Thobah, Tahibah, Ad-Dar, dan Iman.

Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah dilakukan perubahan besar-besaran. Saat itu, ada yang menyebut bahwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah merubah kota ini menjadi sebuah negara. Sistem pun dibuat dengan syarat-syarat untuk memenuhi terbentuknya negara.


Sumber: Ihram.co.id

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai