Ketika KItab Etika Aristoteles Membuat Gus Dur Menangis



Ketika itu tahun 1979 Gus Dur berkesempatan untuk mengunjungi negara Maroko. Di sana Gus Dur menyempatkan diri untuk berkunjung ke salah satu masjid. Masjid tersebut menyimpan salah satu koleksi dari karya Aristoteles. Kitab tersebut merupakan kitab etika yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Untuk menjaga keawetannya kitab tersebut disimpan di sebuah bejana kaca yang ruangnya hampa udara. Karena memang usia dari kitab ini sudah sangat tua, yaitu sebelum Nabi Muhammad mengemban tugas menyebarkan agama Islam.

Gus Dur yang ketika itu melihat secara langsung kitab karangan Aristoteles sontak ekspresinya berubah menjadi sedih dengan tangisnya. Melihat keadaan Gus Dur, imam masjid setempat lalu bertanya kepada beliau.

"Kenapa anda menangis,” tanya sang imam masjid.

Lalu, Gus Dur menjawab. "Kalau bukan karena kitab ini, saya tidak akan jadi muslim," terang Gus Dur.

Aristoteles yang lahir sebelum datangnya Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah SAW sudah mengerti tentang etika dan akhlak. Itulah yang seharusnya dimiliki oleh seluruh umat manusia. Tanpa Islam apalagi sudah adanya ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin seharusnya kita lebih mengerti tentang akhlak dan etika. Sehingga kedepannya agama bukanlah penyebab terjadi perang di muka bumi ini.

Banyak konflik-konflik yang sengaja menyeret agama ke dalamnya. Hal ini dilakukan oleh para penguasa elite global yang diuntungkannya dengan adanya perang. Apalagi melibatkan adanya agama.

Dan Gus Dur mengerti betul tantang hal ini. Alhamdulillah, kita bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya diberi kesempatan belajar dengan Gus Dur. Kita sebagai bangsa Indonesia masih mempunyai tokoh berjiwa besar seperti Gus Dur. Bayangkan di Amerika Serikat sekarang mereka hanya punya orang sekaliber Donald Trump dan Hillary Clinton.

Gus Dur memang orang yang ‘nyeleneh’. Gus Dur membela mereka-mereka yang diperlakukan tidak adil. Tidak ada musuh bagi Gus Dur dan tidak ada kebencian baginya. Agama dipandang beliau sebagai pesan perdamaian dan cinta kasih bagi seluruh alam jagad raya. Untuk itu, pesan-pesan cinta Gus Dur akan terus terbawa angin ke seluruh dunia. Insya Allah.


Sumber: nu.or.id

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai