Monumen Potlot Jadi Bukti Patriotisme Tentara PETA



Tentara PETA (Pembela Tanah Air) awalnya dibentuk atas usul dari sepuluh ulama yang diantaranya ada KH. Mas Mansyur, KH. Adnan, dan Dr. Abdul Karim Amrullah (HAMKA) kepada pemerintah Jepang. Mereka mengusulkan untuk dibentuk tentara suka rela untuk mempertahankan Pulau Jawa. Dibentuknya PETA oleh para ulama bertujuan untuk menanamkan sikap kebangsaan yang cinta tanah air yang berdasar kepada paham agama (Islam). Itulah mengapa pada bendera PETA terdapat gambar bulan dan bintang yang dapat ditafsirkan sebagai simbol Islam.

Sikap cita tanah air oleh para prajurit PETA ini dapat dibuktikan dengan adanya pemberontakan heroik beberapa bulan sebelum kemerdekaan. Peristiwa ini terjadi pada 14 Februari 1945 tepatnya Blitar. Peristiwa heroik ini menjadi penanda berkibarnya pertama kali merah putih di bumi pertiwi sebelum kemerdekaan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Aktor utama dibalik peristiwa ini adalah Parthohardjono yang dengan gagah berani mengibarkan bendera merah putih.  Sebelum peristiwa ini meledak Parthohardjono tidak tinggal di asrama prajurit PETA karena sudah menikah. Ia memilih tinggal indekos di dekat asrama prajurit PETA.

Di rumah inilah ia mempersiapkan segalanya untuk melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Parthohardjono bersama istrinya menyiapkan kain merah yang didapat dari kain bekas penutup amunisi. Sementara, kain putih didapatnya dari bekas kain sarung bantal. Kedua kain ini disatukan degan dijahit sehingga membentuk bendera merah putih.

Ketika waktu menunjukan pukul tiga dini hari, di bawah pimpinan Supriyadi pasukan PETA memulai penyerangan terhadap tentara Jepang. Suasana Blitar ketika itu sangat mencekam. Semangat kebangsaan mempertahankan tanah air benar-benar merasuk ke dalam hati para pejuang. Parthohardjono mulai melancarkan aksinya untuk mengibarkan sang saka merah putih.

Parthohardjono mulai menuju tiang bendera yang terdapat di utara lapangan markas PETA. Ketika Parthohardjono sampai di tempat ia langsung menaikan mengibarkan bendera merah putih di pucuk tiang. Dengan mata berkaca-kaca, Parthohardjono merebahkan badannya dalam posisi sujud ke tanah sambil mencium tanah lapang tersebut sebanyak tiga kali. Di dalam hati, ia begitu yakin bahwa pada saat itu juga Indonesia merdeka.

Untuk mengenang peristiwa perjuangan prajurit PETA dibangun sebuah monumen yang berada pada berkibarnya sang saka merah putih pertama kalinya. Pada monumen ini terdapat prasasti ditulis dengan ejaan lama yang berisi tantang pengesahan monumen.

Monumen ini diberi nama Monumen Potlot yang diresmikan setahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya oleh Jenderal Besar Sudirman.  Jenderal Sudirman didampingi oleh beberapa anggota tentara dan polisi dalam menghadiri peresmian monumen ini. Banyak warga kota Blitar antusias menyaksikannya.

Di Monumen Potlot ini juga terdapat syair Chairil Anwar yang berkisah tentang perjuangan para pejuang yang sudah meninggal. Syair ini seakan memberitahukan kepada generasi penerus untuk tidak melupakan perjuangan heroik mereka yang rela berkorban demi bangsa dan negara.


Sumber:  theoneblitar.blogspot.co.id   I   ipan76.greenbox.web.id    I   Wikipedia

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai