Perjuangan Pendidikan Guru Sekumpul Muda



Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang juga dikenal Guru Sekumpul merupakan sosok ulama kharismatik asal Kalimantan yang mampu menyihir para pendengarnya ketika beliau melantunkan syair-syair dan shalawat. Al-Alim al-Allamah al-Arif Billaah Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan keturunan ulama besar asal Banjar, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau keturunan ke-8 dari Syekh Muhammad Arsayd Al-Banjari.

Ketika masih muda, Guru Sekumpul mendapatkan pendidikan agama dari orang tuanya dan neneknya yang bernama Salbiyyah. Pembelajaran dari orang tua dan neneknya ini meliputi dasar-dasar ilmu yang terdiri dari ilmu Tauhid, ilmu Akhlaq, dan Al Quran. Untuk memperdalam ilmu membaca Al Quran, Guru Sekumpul muda berguru kepada Guru Hasan Pasayangan.

Ketika usia beliau menginjak 7 tahun Guru Sekumpul masuk ke Pondok Pesantren Darussalam. Setelah pulang dari Pondok, Guru Sekumpul muda terus berguru dengan mendatangi rumah guru-gurunya. Hari-hari Guru Sekumpul muda diisi dengan menuntut ilmu dan juga tidak lupa membantu orang tuanya.

Diantara guru-guru yang memimbing Guru Sekumpul muda ketika mondok di Darussalam ialah, KH. Mahalli Abdul Qadir, KH. M. Zein, KH. Rofi'i Ahmad, KH. Husein Dahlan, KH. Syahran, KH. Semman Mulia (paman beliau), KH. Salman Jalil (ayah dari Guru Wildan Tanjung Rema), KH. Salim Ma'ruf, KH. Husein Qadri, KH. M. Sya'rani Arif, dan KH. Salman Yusuf

Kondisi keuangan yang tidak mendukung ketika Guru Sekumpul muda tidak mengurangi semangat beliau  untuk menuntut ilmu. Hal ini pernah diceritakan Guru Sekumpul pada suatu kesempatan.

"Aku dahulu sekolah di (Pondok Pesantren) Darussalam miskin, sakit banar, baju salambar di awak, batapih tapi kada basalawar, basandal, sandal kalum".(Arti) Aku dulu ketika sekolah di (Pondok Pesantren) Darussalam miskin, sangat memprihatinkan, baju hanya satu di badan, memakai sarung tapi tidak memakai celana, memakai sendal kalum.

Selama tidak kurang dari 12 tahun Guru Sekumpul muda merasakan kondisi sedemikian rupa ketika mondok di Darussalam. Biar kondisi begitu semangat Guru Sekumpul muda tidaklah pudar. Ini terbukti ketika ketika setiap pembagian nilai ulangan, beliau mendapatkan nilai tertinggi. Bahkan pada ijazah terakhir beliau mendapatkan nilai dengan predikat Jayyid Mumtaz yang tertera nilai dengan rata-rata 10.

Ada kisah menarik dari nilai sempurna yang didapat Guru Sekumpul ketika masih muda tersebut. Guru Sekumpul pernah bercerita bahwa setiap ulangan akan tiba malamnya Guru bermimpi soal yang akan keluar esok harinya lengkap dengan jawabannya. Ketika hari ulangan tiba ternyata soal yang di dalam mimpi tersebut benar adanya sehingga dengan mudah Guru Sekumpul menjawabnya.

Selama mondok di Darussalam, Guru Sekumpul muda juga mengalami pengalaman rohani. Ketika usia beliau menginjak sepuluh tahun, Guru Sekumpul muda sudah diberi kelebihan berupa Kasyaf Hissy. Beliau dapat mengetahui apa saja hal-hal yang ada dalam pikiran orang dan mendengar apa saja dalam jarak jauh yang menembus dinding.

Suatu ketika seorang guru di Darussalam membacakan sebuah ayat. Ketika itulah Guru Sekumpul muda telah dibukakan oleh Allah SWT suatu Futuh.

Sumber: Figur Karismatik Abah Guru Sekumpul (KH. M. Anshary El Kariem)

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai