Titik Awal Untuk Kembali



Andaikan suatu saat nanti aku kembali mengenang ini, tidaklah heran jikalau aku meneteskan air mata. Aku yang lemah dan tak berdaya ini bukanlah apa-apa tanpa engkau wahai kekasih Tuhan. Biarkanlah air putih ini menjadi saksi pengingatku akan kekejaman diriku terhadap kedua orangtuaku, kakak-adik, maupun kawan-kawanku. Atas karma ini, aku ditelan angin, aku dijauhkan dari belantara kehidupan luar, aku diasingkan ke suatu tempat dimana hak-hak Tuhan aku ambil secara sepihak.

Rindu akan kesucian hati mendorongku beranjak dari tempat itu. Dan memulainya dari awal kembali seperti halnya manusia yang baru lahir. Mei itu titik awal dari segalanya yang memperlihatkan sebuah cahaya yang begitu indah kepada diriku. Kubiarkan aku hanyut terbawa akan indahnya cahaya tersebut. Dalam perjalanan itulah aku ditakdirkan bertemu maha guru Cak Nun.

Tuntunan mencintai Rasulullah SAW lebih membuatku tenang yang akan menghadapi sebuah kematian. Jikalau aku mati tetaplah jiwa ku akan berkeliaran dihati para-para pejuang yang merasa terpanggil akan rusaknya sistem dunia sekarang dan yang akan datang. Mereka para pecinta Rasulullah akan keluar membersihkan dunia ini dan menuntun kembali mereka-mereka yang tersesat. Mereka semua disayang oleh Allah. Jadi janganlah sekali-sekali menyakiti hati mereka. Karna Tuhan akan langsung membalaskan hal tersebut karena pertalian cinta mereka terhadap Muhammad SAW dan pencipta-Nya.


Banjarbaru, 30-11-2017 (11 Rabiul Awal)

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai