Soekarno Melawan Olimpiade dengan GANEFO



Sering kali kita mendengar ajang olahraga empat tahunan seperti Olimpiade dan Asian Games. Dua event olahraga ini khususnya Olimpiade merupakan level tertinggi yang menjadi cita-cita oleh setiap atlet. Namun, event olahraga sekelas Olimpiade pernah mendapat tandingan. Hal ini terjadi ketika Presiden Soekarno memprakarsai lahirnya Games of the New Emerging Forces (GANEFO) sebagai bentuk perlawanan kepada Komite Olimpiade Internasional yang menjatuhkan sanksi kepada Indonesia.

Komite Olimpiade Internasional menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena pada perhelatan Asian Games 1962 di Jakarta, Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan. Penolakan terhadap dua negara tersebut sebagai bentuk arah politik Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno. Atas hal ini, Komite Olimpiade Internasional dengan tegas menjatuhkan sanksi kepada Indonesia dengan menagguhkan keanggotaan dan diskors untuk mengikuti Olimpiade 1964 di Tokyo.

Melihat perlakuan yang dilakukan oleh Komite Olimpiade Internasional, Presiden Soekarno bertindak dengan membuat event tandingan Olimpiade dengan nama Games of New Emerging Forces (GANEFO). Atas intruksi Soekarno, Menteri Maladi ditugaskan untuk mempersiapkan event ini.

Konferensi persiapan pun dilaksanakan pada 27-19 April 1963 dengan dihadiri oleh sepuluh negara dengan status anggota penuh. Anggota tersebut ialah Tiongkok, Kamboja, Mali, Indonesia, Irak, Pakistan, Guinea, Vietnam Utara, Republik Persatuan Arab, dan Uni Soviet. Negara Srilanka dan Uni Soviet pun turut hadri namun dengan status sebagai pengamat.

Presiden Soekarno menyampaikan pidato pada konferensi pembukaan yang dilaksanakan di Hotel Indonesia. Dalam pidato tersebut Soekarno menjelaskan bahwa dibuatnya GANEFO untuk menentang sikap politis Komite Olimpiade Internasional dan pengaruh imperialisme yang ada di dalamnya.

Semangat menentang imperialisme dan kolonialisme yang diusung oleh Soekarno dalam GANEFO merupakan kelanjutan dari Konferensi Asia Afrika dalam upaya membangkitkan kembali negara-negara Asia-Afrika yang baru merdeka dari penjajah.

Akhirnya pada 10 November 1963 pesta olahraga GANEFO resmi dibuka oleh Presiden Soekarno dengan pidatonya dalam tiga bahasa, Prancis, Inggris, dan Indonesia yang menyatakan “dengan ini, GANEFO I saya buka.”

Cabang-cabang olahraga pun dipertandingkan setelah peresmian pembukaan GANEFO. Sebanyak 2.700 atlet dari 51 negara ikut berpartisipasi dalam pesta olahraga ini. Lima puluh satu negara tersebut ialah Asia (Afghanistan, Burma, Kamboja, Srilanka, Korea Utara, Indonesia, Irak, Jepang, Laos, Lebanon, Mongolia, Pakistan, Palestina, China, Filipina, Arab Saudi, Suriah, Thailand, dan Vietnam Utara), Afrika (Aljazair, Guinea, Maroko, Nigeria, Mali, Senegal, Somalia, Tunisia, dan Republik Persatuan Arab), Amerika (Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, Cuba, Dominika, Meksiko, Uruguay, dan Venezuela), serta Eropa (Albania, Belgia, Bulgaria, Cekoslovakia, Finlandia, Prancis, Jerman Timur, Hungaria, Italia, Belanda, Polandia, Rumania, Uni Soviet dan Yugoslavia),

Dalam event ini cabang olahrga atletik menjadi yang paling populer dengan diikuti oleh 23 kontingen, diikuti oleh balap sepeda sebanyak 16 kontingen, tenis meja 15 kontingen, tenis 14 kontingen, tinju 13 kontigen, dan renang 13 kontingen. Sementara bagi Indonesia sebagai tuan rumah mengikuti seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan.

Negara-negara yang mengirimkan kontingennya pada event ini tidak semuanya mengrimkan atlet terbaiknya. Hal ini karena ketakutan mereka terhadap ancaman keanggotannya di Komite Olahraga Internasional.

Contohnya negara Jepang yang mendapat undangan dari Indonesia untuk berpartisipasi di GANEFO namun menolak untuk hadir. Inisiatif diambil sendiri oleh himpunan penguasaha Jepang yang merasa terancam bisnisnya di Indonesia akibat penolakan ini. Alhasil para pengusaha ini mengirimkan kontingen tersendiri tanpa restu dari komite nasional Jepang.  Sama halnya yang dilakukan oleh Brazil, Bolivia, dan Chili yang hanya dapat mengirimkan atlet dari kalangan prajurit militer dan mahasiswa.

Organisasi olahraga dari faksi politik oposisi di negara peserta pun tidak ketinggalan untuk mengirimkan atletnya. Seperti halnya atlet dari Belanda yang baru berusia 16 tahun, Guda Heijke yang berasal dari Nederlandse Culturele Sportbond yang merupakan basis sosialis pemuda di Belanda.

Selama 12 hari perhelatan GANEFO diselenggarakan terdapat tiga program utama yaitu, ajang kompetisi olahraga, pesta seni, dan tur delegasi ke wilayah Indonesia yang sudah ditentukan. GANEFO juga menjadi ajang pertukaran seni dan budaya diantara negara peserta. Hasil akhir dari perolehan medali menempatkan Tiongkok sebagai juara umum disusul oleh Uni Soviet dan Indonesia.

Komite Olimpiade Internasional yang memantau event ini akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak mengakui GANEFO dan akan mempertimbangkan kembali para atlet yang berpartisipasi pada GANEFO untuk tidak berlaga di Olimpiade 1964 Tokyo. Kendati demikian Soekarno tetap pada pendiriannya unuk melaksanakan pesta olahraga ini.

Sebenarnya Indonesia masih berharap agar bisa berkompetisi di Olimpiade Tokyo 1964. Untuk itu Komite Olimpiade Indonesia mencoba mengrimkan surat kepada Komite Olimpiade internasional untuk mencabut sanksi terhadap Indonesia. Awalnya Komite Olimpiade Internasional tidak bergeming. Atas desakan dari negara-negara Arab dan Jepang khususnya sebagai tuan rumah akhirnya skorsing terhadap Indonesia dicabut. Tapi, Komite Olimpiade Internasional tetap mengajukan syarat terhadap Indonesia agar tidak membawa atlet yang ikut berkompetisi  di GANEFO.

Dalam perhelatan olimpiade Tokyo 1964, Indonesia tetap membawa seluruh kontingen tanpa mematuhi keputusan Komite Olimpiade Internasional yang melarang membawa atlet GANEFO. Sesampainya di Tokyo kontingen Indonesia mendesak Komite Olimpiade Internasional untuk tetap mengizinkan atlet mereka bertanding. Komite Olimpiade Internasional menolak dan akhirnya Indonesia angkat kaki dari Tokyo dengan kepala tegak

“Go to hell with IOC, kita negara-negara berkembang sudah punya ajang olahraganya sendiri, Ganefo,” tegas Sukarno.

Sumber:   historia.id

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai