Ketika PKI Menyerbu Pesantren di Kanigoro
Walaupun sedang gencar-gencarnya versi sejarah yang
mengatakan bahwa anggota PKI merupakan korban pemusnahan massal yang terjadi
pada tahun 1965, kita harus ingat bahwa sebelum peristiwa itu pecah terdapat
beberapa gesekan yang dilakukan oleh PKI. Salah satu peristiwa keji yang
dilakukan PKI adalah ketika sekitar seribu anggota PKI menyerbu Ponpes (Pondok
Pesantren) Al-Jauhar di Desa Kanigoro, Kediri.
Saat itu, tanggal 13 Januari 1965 diadakan Training Camp yang diselenggarakan oleh
Pelajar Islam Indonesia. Jam baru menunjukan pukul 04.30, sambil menunggu waktu
subuh datang para santri mengisi waktunya dengan mengaji.
Tiba-tiba secara cepat datang seribu anggota PKI yang
membawa senjata tajam menyerbu Ponpes Al-Jauhar. Mereka memaksa untuk masuk ke
dalam masjid dan mengambil kitab suci Al-Qur’an lalu dimasukan ke dalam karung.
"Selanjutnya dilempar ke halaman
masjid dan diinjak-injak," kata Masdoeqi Muslim, saksi sejarah
kekejian PKI di Ponpes Al-Jauhar.
Massa PKI juga menyasar rumah Kiai Jauhar, pengasuh Ponpes
Al-Jauhar yang merupakan ayah dari pendekar NU, yaitu Gus Maksum. Kiai Jauhari
diseret dan ditendang ke luar rumah oleh massa PKI.
Para anggota PKI berdalih melakukan ini ditujukan untuk aksi
balasan atas pembunuhan kader PKI oleh NU sebulan sebelumnya. "Utang Jombang dan Madiun dibayar di
sini saja," ujar Masdoeqi, menirukan teriakan salah satu anggota PKI
yang menggiringnya.
Sebanyak 98 orang termasuk Kiai Jauhari digiring menuju
markas kepolisian Kras untuk diberikan kepada polisi. Di sepanjang perjalanan
mereka selalu diteror dan diancam akan dibunuh. Massa PKI juga tidak
henti-hentinya mencaci maki mereka.
Para santri yang dibawa paksa oleh PKI diserahkan ke polisi
yang diduga sudah dipengaruhi oleh kader PKI. "PKI mengatakan kita serahkan pelajar muslim ini selaku
pengkhianat bangsa atau neokolonialisme untuk segera diadakan penindakan.
Kepala Polisi itu menjawab ya sudah, terima kasih. Lalu kita, ribuan pelajar
muslim diambil oleh Pak Camat dan pak Camatnya menangis melihat kebiadaban PKI,"
ujar Ibrahim Rais yang merupakan Ketua Yayasan Kanigoro.
Ketegangan antara kaum santri dengan kader PKI memang sudah
terjadi lama sebelum peristiwa ini meletus. Namun, tidak pernah dilakukan
konflik terbuka yang menimbulkan korban. Penyerbuan PKI ke Kanigoro mulai
menimbulkan dorongan dari kaum santri pesantren termasuk anggota Ansor Kediri
untuk melakukan perlawanan. “Bila
berpapasan, kami saling melotot dan menggertak," kata Pengasuh Pondok
Pesantren Lirboyo, Kiai Idris Marzuki.
Menurut Ibrahim Rais, penyerangan PKI ke Kanigoro merupakan
ajang ujicoba untuk mengukur kekuatan lawan yang anti-PKI jika diserbu. Mereka
ingin melihat reaksi umat Islam setelah adanya kejadian ini.
"Dan yang kedua
adalah latihan bagi kader PKI untuk menggerebek dan kalau perlu untuk membantai
pada suatu saat nanti kalau sudah waktunya," tambah Ibrahim.
Selain itu, PKI juga sudah terlebih dahulu mempersiapkan
daftar orang-orang yang wajib dibunuh. Lubang-lubang untuk mengubur korban
pembantaian ini juga telah disiapkan sedemikian rupa di desa-desa maupun di
belakang rumah.
"Jadi PKI itu
sudah mempunyai rencana jahat dan alhamdulillah di Jakarta kudeta mereka gagal
kemudian segera dikuasai oleh aparat terutama oleh TNI sehingga gagal total
kudeta mereka," ujar Ibrahim.
Sumber: Tempo.co I Beritajatim.com
Comments
Post a Comment