Pribumi Indonesia yang Penuh Kasih Sayang
Saking rendah hatinya pribumi Indonesia itu, mereka rela
tidak dianggap sebagai pribumi walau kakek dari kakek mereka sudah ada di bumi
pertiwi ini. Mereka, para pribumi Indonesia akan dengan senang hati menyambut
tamu-tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Orang-orang Jawa,
Sunda, Minang, Dayak, Banjar, Bugis, Asmat maupun suku-suku di Indonesia
lainnya dengan penuh kesadaran diri membantu tamu itu untuk mendapat kelayakan
kehidupan baik itu dari Eropa, Arab, maupun dari Cina.
Pribumi Indonesia merupakan agen-agen penebar kasih sayang
yang dapat menjadi sangat mudah untuk akrab kepada bangsa lain. Alhasil, banyak
dari tamu kita yang sudah tinggal di bumi pertiwi ini memanggil sanak familinya
untuk tinggal bersama-sama di Indonesia. Tamu kita itu, kita jamin hak nyawa
mereka, hak tempat berteduh, dan hak-hak lainnya. Tidak ada tamu kita tersebut
yang kita usir, kita tindas, dan kita bunuh secara tanpa alasan. Pokoknya kita
jamin mereka akan bahagia di bumi pertiwi ini.
Namun, jangan pernah menyakiti hati orang-orang Batak,
Madura, Maluku, maupun suku-suku lain di Indonesia. Apalagi menginjak harga
diri mereka. Perlawanan atas harga diri mereka yang dilecehkan akan lebih besar
dibandingkan pasukan manapun di dunia. Karena itu Sekutu dan NICA yang berusaha
kembali 'mencuri' bumi pertiwi kalah dengan menanggung malu walau mereka
merupakan pemenang Perang Dunia II. Mereka kewalahan melawan arek-arek Suroboyo
dan perlawanan yang terjadi di seluruh bumi pertiwi.
Tapi tenang perlawanan terhadap penjajahan global tersebut
dalam rangka melindungi segenap penduduk bumi pertiwi termasuk di dalamnya
tamu-tamu yang datang dari segala penjuru dunia. Perlawanan Pangeran Antasari terhadap
penjajahan asing di tanah Banjar tidak menimbulkan ketidaknyamanan kepada
warga-warga Tionghoa khususnya di Banjarmasin. Sampai saat ini warga
Banjarmasin dan Tionghoa hidup dengan nyaman dan rukun. Namun, ada saja
pihak-pihak tertentu yang mencoba adu domba menggesekkan kedua pihak. Hal ini
tidak hanya terjadi di Banjar tetapi dilancarkan terhadap setiap jengkal tanah
di Indonesia.
Adu domba ini seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk
menangkalnya. Bukannya malah memperkeruh suasana. Pemerintah yang dibayar oleh
rakyat untuk mengurusi negeri ini jangan sampai membiarkan rakyatnya
kebingungan dan bertengkar satu sama lain. Jika hal ini masih terjadi apalah
gunanya pemerintah. Atau untuk apa negara dibuat kalau hanya punya kerjaan
untuk merepotkan rakyatnya.
Comments
Post a Comment