Senyum Kapitalis


Abdullah mengacu kepada seluruh metode-metode yang kita gunakan di dunia ini. Mungkin jika berada di warung-warung di Amerika Serikat maupun di tempat perbepanjaannya akan terasa berbeda. Anda akan disuguhkan pelayanan yang jika dipandang memang kelas atas. Mulai dari cara penyajian, barang yang diterima, sampai senyum para pelayan yang tulus. Senyum tersebut memang tulus. Tapi tulus kepada sistem yang ada. Mereka senyum karena beberapa sajian kapitalis yang mengapit ekonomi mereka. Di sana yang punya modal (uang) dialah yang 'punya'. Jadi mau tidak mau, senyum mereka sebagai pelayan ditujukan kepada apa yang disebut uang dan diimpit oleh kapitalis.



Berbeda dengan sistem abdullah. Sistem ini tulus kepada Yang Hanya Satu. Tidak peduli apa yang ia lakukan asal itu tidak melanggar 'undang-undang'. Yang menjadi substansinya ialah lillahi ta'ala. Tapi di negara manakah sistem ini dipergunakan? Di Turki? Di Denmark? Atau di negara bagian Alaska? Mungkin hanya Rasulullah SAW yang dapat menseminarkan sistem ini. Atau mungkin kaum-kaum sufi beserta para ulama. Tapi yang pasti walau tidak menjadi sistem, tapi banyak orang yang menjadi penganut ini.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai