Kunjungan Muhammad Ali ke Indonesia




Legenda tinju dunia kelas berat, Muhammad Ali pernah berkunjung ke Indonesia. Terhitung sudah dua kali Muhammad Ali menginjakkan kaki ke Indonesia. Muhammad Ali pertama kali tiba di Indonesia pada tahun 1973. Dalam kunjungan tersebut, Ali juga sempat bertanding tinju secara resmi yang dipromotori Raden Sumantri.

Pada pertandingan tersebut, Ali berhasil menaklukkan lawannya, Rudi Lubbers, dengan mudah. Pertandingan yang diselenggarakan di Istora Senayan tersebut dimenangkan Ali dengan 12 ronde.  Publik dan pers menilai bahwa pertandingan tersebut hanya pertandingan ekshibisi. Namun, nyatanya ini pertandingan resmi walau tidak memperebutkan gelar.



Selama di Indonesia, Ali mendapati kesan yang menarik, ”Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat dan selalu tersenyum kepada siapa pun." Kata Ali

Setelah lama pensiun dari dunia tinju, pada tahun 1996 Ali kembali mengunjungi Indonesia untuk kedua kalinya. Kali ini Ali menyempatkan diri bertemu pejabat tinggi negeri ini. Saat itu Ali bertemu dengan Harmoko yang menjabat sebagai Menteri Penerangan. Kunjungannya kali ini ditemani oleh sahabat dekatnya yang merupakan seorang pengusaha dan musisi, Yank Barry.



Ketika itu Ali sempat mentraktir warga Jakarta yang ia temui. Ceritanya saat itu Ali sedang berjalan kaki dari hotel tempatnya menginap ke restoran. Banyak warga yang ia temui dan manyapanya. Bahkan ada yang mengikutinya dari belakang hingga sampai ke restoran. Setelah sampai di restoran, Ali menanyakan orang-orang yang mengikutinya di belakang, “Kamu mau apa?” Mereka pun kompak menjawab, “Kami mau apa yang Anda pesan”. Lalu Ali pun bersuara dan mengatakan bahwa akan mentraktir semuanya.

Kabarnya tagihan restoran yang harus dibayar Ali mencapai 180 dollar AS. Sebuah angka yang sangat besar ketika itu. Muhammad Ali bukan hanya tokoh tinju yang bertarung habis-habisan di ring. Ali merupakan tokoh visioner yang menentang rasisme dan ketidakadilan. Begitupun kutipan terkenalnya yang masih diingat sampai saat ini yang berani menolak wajib militer AS untuk Perang Vietnam. "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietkong, dan tidak ada satu pun orang Vietkong yang memanggilku dengan sebutan nigger!"

Sumber: Republika dan Mirajnews.

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai