Pengasingan Syekh Yusuf Al-Makasari oleh Belanda

Lahir dengan nama lengkap Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Yusuf Al-Makasari. Lahir dari pasangan Abdullah dan Aminah lalu memulai pendidikan agama di Cikoang saat usia 15 tahun. Syekh Yusuf juga berguru pada Sayyid Ba-Alawi bin Abdul Al-Allamah Attahir dan Sayyid Jalaludin Al-Aidid. Beliau juga dikenal dekat dengan Sultan Agung Tertayasa, Sultan Banten yang terakhir. Pernah singgah di Aceh lalu pergi ke Gujarat dan bertemu dengan Syekh Nuruddin Ar-Raniri, salah seorang penasihat Sulthanah Shafiyatuddin. Beliau berkelana selama kurang lebih 20 tahun mulai dari Gujarat, Yaman, Damaskus (Suriah) hingga akhirnya ke Makkah dan Madinah. Selesai menimba ilmu, Syekh Yusuf kembali ke Nusantara. Konon, ia tidak kembali ke Gowa, tetapi ke Banten dan bertempat tinggal di wilayah kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Syekh Yusuf ditangkap Belanda ketika Kesultanan Banten dekalahkan Belanda tahun 1682. Hingga akhirnya beliau diasingkan ke Sri Langka tahun 1684. Namun begitu semangatnya tidak surut. Syekh Yusuf melakukan dakwah dan penyebaran islam di Sri Langka yang dapat cukup menarik banyak murid. Salah satunya, ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi'an. Karena khawatir dakwah Syekh Yusuf akan berdampak oleh kepentingan politik Belanda di Nusantata, beliau dijatuhi hukuman mati. Karena ditentang oleh Raja Makassar dan Raja Alamghir di India, hukuman pun dibatalkan. Sebagai gantinya Syekh Yusuf dijatuhi pembuangan seumur hidup.

Beliau diasingkan di Afrika Selatan pada tahun 1694.Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf membangun permukiman di Cape Town yang sekarang dikenal sebagai Macassar. Dia pun dikenal sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di Afrika Selatan.

Melihat jasa beliau, pemerintah Indonesia menanugerahi gelar pahlawan nasional tahun 1995. Lebih dari itu pada tahun 2005, Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki memberikan gelar Pahlawan Nasional Afrika Selatan kepada Syekh Yusuf. Begitu besar jasa-jasa beliau kepada umat Islam di Indonesia maupun di luar sana. Beliau merupakan contoh sosok yang tidak pantang menyerah ketika Belanda mencoba menghalangi gerak-gerik beliau dengan mengasingkannya ke berbagai negara. Sosok yang tidak mudah menyerah, berani dan lagi membela kebenaran.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel