Kilas Balik Sepakbola Indonesia

Dengan sebuah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda) terdapatlah 11 putra terbaik bangsa ini yang berlaga di Prancis. Sebuah turnamen dengan label Piala Dunia diikuti Indonesia yang menjadi satu-satunya wakil Asia di turnamen itu. Walaupun berlaga dengan seragam oranye dan putih (merupakan seragam yang juga dipakai Belanda) tapi jiwa meraka tetaplah merah putih yang tercetak tangguh di hati mereka.


Walaupun pulang dengan kekalahan, tapi lihatlah perjuangan gagah mereka dalam melambungkan nama negeri ini.

Setelah Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945, sepakbola Indonesia mengalami beberapa kemajuan. Ketika Olimpiade Melbourne 1956, dengan usia kemerdekaan yang muda, Indonesia mampu melaju ke babak perempat final. Di babak ini Indonesia bertemu dengan kesebelasan Uni Soviet, yang ketika itu dikapteni oleh kiper terbaik dunia pada masanya, Lev Yashin. Dengan semangat juang tinggi para 11 patriot Indonesia dapat menahan Uni Soviet dengan skor 0-0. Hasil draw ini membuat kedua tim harus melakukan pertandingan ulang. Di pertandingan ulang, Uni Soviet harus mengeluarkan seluruh sklill-nya untuk dapat memperoleh kemenangan dengan hasil empat gol tanpa balas. Walau begitu prestasi ini merupakan hasil yang sulit diulang mulai zamannya Soetjipto Soentoro sampai Evan Dimas.

Dua tahun berselang tepatnya 1958 pada kualifikasi Piala Dunia, Indonesia mendapatkan hasil terbaik pada kualifikasi Piala Dunia. Saat itu Indonesia berhasil menaklukkan China di ronde pertama. Pada babak berikutnya Israel menjadi penantang di kualifikasi ini. Namun dengan alasan politis Indonesia menolak bertanding melawan Israel dan menutup peluang untuk melangkah lebih jauh.

Di ajang lain pada tahun yang sama yaitu, Asian Games 1958, Indonesia berhasil melaju ke babak semifinal. Namun harus puas mendapat mendali perunggu setelah menaklukkan India 4-1.

Lain kisah ketika era 60-an. Di era ini Indonesia berhasil menyabet gelar juara pada beberapa ajang. Di Turnamen Merdeka, Indonesia berhasil menjuarai turnamen ini sebanyak tiga kali, tahun 1961, 1962, dan 1969. Di ajang lain Indonesia mengoleksi satu gelar di ajang Piala Emas Agha Khan 1966 dan Piala Raja 1968. Dan dengan 11 patriotnya Indonesia berhasil membawa mendali perak di Asian Games 1966.

Dengan prestasi seperti itu beberapa pemain Indonesia masuk skuad Asia All Star tahun 1967-1968. Diantara nama tersebut ialah Soetjipto Soentoro, Jacop Sihasale, Iswadi Idris, dan Kadir. Khusus untuk Soetjipto Soentoro ia sekaligus mengambil peran sebagai kapten kesebelasan.

Indonesia juga pernah mencatat sebuah kemangan besar. Lawannya ialah Filipina yang digasak dengan skor 12-0 pada tahun 1972.

Sejarah memang hanya sebuah cerita-cerita masa lalu. Namun dari sanalah kita tahu siapa diri kita. Masa lampau bukanlah sekedar kenangan kosong. Tetapi ia merupakan suatu pengapdian yang telah tuntas. Jikalau di masa lampau tersebut terdapat 'keris' gunakanlah untuk menaklukkan (membimbing) dunia. Bukan hanya dipajang dengan segala estetikanya yang dinikmati oleh mata.