"Yang Terlupakan" dari Iwan Fals
Lahir dengan nama asli Virgiawan Listanto tanggal 3 September 1961 di Jakarta, namun lebih dikenal dengan panggilan Iwan Fals. Sempat berada di Jeddah, Arab Saudi
selam 8 bulan, bakat musiknya semakin matang ketika menghabiskan waktunya untuk mengamen di Bandung. Di Jakarta ia mengadu nasib atas ajakan seorang produsen untuk rekaman album pertamanya. Namun album tersebut gagal di pasaran dan ia pun kembali menjadi pengamen. Baru ketika bekerjasama dengan Musica Studio's, lagu-lagunya digarap serius. Dengan itu bakatnya dapat tersalurkan dengan maksimal. Imbasnya ketika tahun 1987 ia tampil di TVRI dalam acara Manasuka Siaran Naga.
Lewat lagu-lagunya ia banyak terinspirasi dari potret kehidupan sekitarnya. Mulai dari pengkritik sampai lagu nuansa percintaan. Dari yang selalu teringat di hati penggemarnya hingga "Yang Terlupakan". Dalam memahami maupun mendalami sebuah lirik lagu, kita tidak bisa berpendapat bahwa opini kitalah yang paling benar. Karena setiap individu punya ciri khas masing-masing dalam menafsirkan suatu hal.
Dalam lagu "Yang Terlupakan" misalnya, pendapat anda boleh saja berbeda dengan saya. Dalam lagu tersebut dapat dilihat adanya rasa penyesalan yang mendalam kepada suatu hal. Sebenarnya dirinya sudah berusaha untuk melupakan hal tersebut. Namun entah mengapa hal tersebut selalu terngiang di kepalanya. Dirinya hanya bisa meminta maaf dalam ketidakpastian. Terus hal tersebut teringat di kepala, namun hanya penyesalanlah ada di depan matanya.
Penyesalan memang selalu datangnya diakhir. Dalam hal ini tindakan yang kita lakukan akan mempunyai dampak, baik kecil maupun besar. Namun kita hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Anda tidak dapat disebut manusia, jika anda merasa tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi tidaklah penting kita terus-terusan menyesali tindakan tersebut. Yang terpenting jalani apa yang ada di depan mata terlebih dahulu, karena tanpa menjalaninya kita tidak akan tahu apa yang terjadi. Jadi lupakanlah hal tersebut. Mungkin ungkapan dari Alm. Gus Dur inilah yang menjadi jawabannya, "Gitu aja kok repot". Sesulit apakah melupakannya?
Comments
Post a Comment