Belajarlah dari Totti. Wahai Messi!!
"Buat saya, tim nasional selesai. Saya sudah mencoba yang saya bisa,
menyakitkan tidak menjadi juara bersama Argentina. Saya tidak bisa
meraihnya," ucap Messi usai pertandingan dikutip dari AS.
"Di ruang ganti pemain saya berpikir kalau tim nasional sudah berakhir, itu bukan buat saya," demikian dinyatakan Messi seperti di-Tweet oleh akun resmi Timnas Argentina, sebagaimana diberitakan Reuters.
Keputusan emosional dilakukan oleh salah satu pemain paling berbakat abad ini. DIalah Lionel Messi. Ia memutuskan pensiun dari Timnas Argentina setelah gagal mengantar "Tim Tango" juara di Copa America Centenario 2016. Ini merupakan kegagalan ketiga Messi meraih trofi Mayor bagi negaranya setelah sebelumnya di final Piala Dunia 2014 dan Final Copa America 2015 juga gagal menjadi juara.
Messi yang begitu diagung-agungkan di klubnya yaitu, FC Barcelona seperti tidak punya daya ketika memakai seragam "Tim Tango". Sampai-sampai ia mengatakan bahwa Timnas Argentina bukan ditakdirkan untuk dirinya. Memang masuk akal jika melihat tiga kegagalan pahit pada final sebelumnya. Tapi seburuk itukah? Andaikan ketika Messi bersama klubnya tidak mendapat gelar satupun sampai sekarang mungkinkah Messi juga akan pensiun lebih cepat? Mungkin ketika berusia 23 tahun? Ahhh kita boleh berpendapat lain. Mungkin juga dikarenakan faktor 'kebiasaan'. Coba kita bayangkan ketika karir Messi bersama klubnya. Trofi juara berdatangan begitu mudah kepada dirinya. Mungkin karena terlalu menjadi 'kebiasaan' juara mengakibatkan ketika gagal tiga kali di final bersama timnas membuat Messi down.
Tapi apakah Messi makhluk paling kurang beruntung dalam sepakbola? Mungkin kita Messi harus belajar dari Kapten AS Roma, Francesco Totti. Sang Pangeran Roma yang sejak awal karir sepakbola seniornya bersama AS Roma ini memiliki beberapa julukan. Diantaranya, Il Bimbo d'Oro (The Golden Boy), Il Re di Roma (The King of Rome), Er Pupone (The Big Baby), and Il Gladiatore (The Gladiator). Seseorag yang mendapat julukan tentu mempunyai sebuah alasan dalam bentuk penghormatan.
Jika kita menilik karir Totti ke belakang tentu kita mendapatkan sebuah alasannya. Tapi pembahasan kita di sini bukan mencari alasan julukan Totti tapi apa hubungan Francesco Totti dengan Lionel Messi.
Totti memulai karir di AS Roma sejak tahun 1992. Terhitung sampai sekarang Totti telah 24 tahun membela "Serigala Ibu Kota". Dari 24 tahun tersebut Totti melewati masa-masa yang tentu indah dan ada juga yang asem. Nahh dari 24 tahun tersebut Totti hanya mendapatkan lima trofi saja bersama AS Roma (Scudetto-1, Coppa Italia-2, Supercoppa Italia-2). Bayangkan sebuah klub yang dibela selama 24 tahun hanya mendapat lima trofi untuk pemain sekaliber Francesco Totti.
Mungkin jika ingin mendapat koleksi trofi yang lebih banyak, Totti bisa saja pergi ke klub lain yang punya peluang lebih untuk mendapatkan trofi. Tentu begitu mudah bagi pemain sekelas Totti jiika ingin hijrah dari Roma. Tapi apa yang dia lakukan? Totti setia bersama AS Roma walaupun hanya merasakan lima trofi yang diantaranya satu kali menjuarai liga Serie A. Bayangakan Totti hanya sekali juara liga. Bandingkan dengan Messi yang delapan kali menyabet gelar liga domestik (La Liga Spanyol).
Jika dihitung, keseluruhan Messi mendapat gelar di FC Barcelona sebanyak 29 trofi selama hanya 12 tahun. Andai kita putar balik jika Messi berada di posisi Totti? Tapi sudahlah, mungkin Messi punya alasan lain mengapa ia pensiun dari Timnas. Mereka berdua pemain hebat kok, tapi beda zaman. Apa yang dilakukan keduanya bagi klub maupun negaranya begitu besar. Mungkin bukan hanya Messi yang harus belajar dari Totti, tapi Totti juga harus belajar dari Messi.
"Di ruang ganti pemain saya berpikir kalau tim nasional sudah berakhir, itu bukan buat saya," demikian dinyatakan Messi seperti di-Tweet oleh akun resmi Timnas Argentina, sebagaimana diberitakan Reuters.
Keputusan emosional dilakukan oleh salah satu pemain paling berbakat abad ini. DIalah Lionel Messi. Ia memutuskan pensiun dari Timnas Argentina setelah gagal mengantar "Tim Tango" juara di Copa America Centenario 2016. Ini merupakan kegagalan ketiga Messi meraih trofi Mayor bagi negaranya setelah sebelumnya di final Piala Dunia 2014 dan Final Copa America 2015 juga gagal menjadi juara.
Messi yang begitu diagung-agungkan di klubnya yaitu, FC Barcelona seperti tidak punya daya ketika memakai seragam "Tim Tango". Sampai-sampai ia mengatakan bahwa Timnas Argentina bukan ditakdirkan untuk dirinya. Memang masuk akal jika melihat tiga kegagalan pahit pada final sebelumnya. Tapi seburuk itukah? Andaikan ketika Messi bersama klubnya tidak mendapat gelar satupun sampai sekarang mungkinkah Messi juga akan pensiun lebih cepat? Mungkin ketika berusia 23 tahun? Ahhh kita boleh berpendapat lain. Mungkin juga dikarenakan faktor 'kebiasaan'. Coba kita bayangkan ketika karir Messi bersama klubnya. Trofi juara berdatangan begitu mudah kepada dirinya. Mungkin karena terlalu menjadi 'kebiasaan' juara mengakibatkan ketika gagal tiga kali di final bersama timnas membuat Messi down.
Tapi apakah Messi makhluk paling kurang beruntung dalam sepakbola? Mungkin kita Messi harus belajar dari Kapten AS Roma, Francesco Totti. Sang Pangeran Roma yang sejak awal karir sepakbola seniornya bersama AS Roma ini memiliki beberapa julukan. Diantaranya, Il Bimbo d'Oro (The Golden Boy), Il Re di Roma (The King of Rome), Er Pupone (The Big Baby), and Il Gladiatore (The Gladiator). Seseorag yang mendapat julukan tentu mempunyai sebuah alasan dalam bentuk penghormatan.
Jika kita menilik karir Totti ke belakang tentu kita mendapatkan sebuah alasannya. Tapi pembahasan kita di sini bukan mencari alasan julukan Totti tapi apa hubungan Francesco Totti dengan Lionel Messi.
Totti memulai karir di AS Roma sejak tahun 1992. Terhitung sampai sekarang Totti telah 24 tahun membela "Serigala Ibu Kota". Dari 24 tahun tersebut Totti melewati masa-masa yang tentu indah dan ada juga yang asem. Nahh dari 24 tahun tersebut Totti hanya mendapatkan lima trofi saja bersama AS Roma (Scudetto-1, Coppa Italia-2, Supercoppa Italia-2). Bayangkan sebuah klub yang dibela selama 24 tahun hanya mendapat lima trofi untuk pemain sekaliber Francesco Totti.
Mungkin jika ingin mendapat koleksi trofi yang lebih banyak, Totti bisa saja pergi ke klub lain yang punya peluang lebih untuk mendapatkan trofi. Tentu begitu mudah bagi pemain sekelas Totti jiika ingin hijrah dari Roma. Tapi apa yang dia lakukan? Totti setia bersama AS Roma walaupun hanya merasakan lima trofi yang diantaranya satu kali menjuarai liga Serie A. Bayangakan Totti hanya sekali juara liga. Bandingkan dengan Messi yang delapan kali menyabet gelar liga domestik (La Liga Spanyol).
Jika dihitung, keseluruhan Messi mendapat gelar di FC Barcelona sebanyak 29 trofi selama hanya 12 tahun. Andai kita putar balik jika Messi berada di posisi Totti? Tapi sudahlah, mungkin Messi punya alasan lain mengapa ia pensiun dari Timnas. Mereka berdua pemain hebat kok, tapi beda zaman. Apa yang dilakukan keduanya bagi klub maupun negaranya begitu besar. Mungkin bukan hanya Messi yang harus belajar dari Totti, tapi Totti juga harus belajar dari Messi.
Comments
Post a Comment