De Ongekroonde van Java


"Raja Jawa tanpa Mahkota" (dalam Bahasa Belanda: De Ongekroonde van Java), itulah julukan yang diberikan pemerintah kolonial Belanda kepada Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Beliau merupakan anak kedua dari 12 bersaudara dari seorang ayah yang seorang pejabat pemerintahan saat itu. Dari dialah pemimpin-pemimpin negeri ini lahir. Pemikirannya berhasil mempengaruhi berbagai macam ideologi bagi bangsa Indonesia. Dari rumah kostnyalah timbul nama-nama tokoh bangsa  mulai dari Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwirjo, dan Tan Malaka.

Ketika beliau tiada mulai timbul berbagai ideologi penggerak di bangsa ini. Mulai Sosialis/Komunis oleh Semaoen, Muso, dan Alimin. Nasionalis yang dianut Soekarno, sampai Islam yang dianut Kartosuwirjo.

Ketiga paham tersebut menimbulkan perselisihan antara sesama kawan. Ketika PKI nya Musso memberontak tahun 1948, Soekarno langsung memberi perintah ke pasukan elitnya yang mengakibatkan tertembaknya Musso tanggal 31 Oktober. Di kubu Islam, Kartosuwirjo mencoba memberontak dan mendirikan Negara Islam indonesia. Akhirnya Kartosuwirjo dijatuhi hukuman mati oleh kawannya sendiri, Soekarno pada tanggal 12 Desember 1962.

Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto terkenal dengan trilogonya yaitu, setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, dan sepintar-pintar siasat. Beliau terjun ke dunia politik ketika berpinda ke Surabaya dan bergabung dengan Sarekat Dagang Islam (SDI). SDI kemudian berubah menjadi Partai Sarekat Islam pada tanggal 10 September 1912. Ketika Sarekat Islam dibawah kepemimpinannya, partai ini berkembang pesat menjadi partai massa. Antara tahun 1912 sampai dengan 1916 Sarekat Islam lebih bersifat moderat kepada Belanda. Tapi ketika pembentukan Dewan Rakyat suasana menjadi panas, dengan ide-ide Tjokroaminoto tentang kebangsaan dan pemerintah sendiri.

Ia juga mencoba untuk mempengaruhi Sumatera Landsyndycaat untuk mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung. Tjokroaminoto juga memperjuangkan nasib para dokter pribumi agar setara dengan dokter Belanda. Ia sempat dijebloskan ke penjara atas tuduhan menghasut dan mencoba memberontak pemerintah Belanda. Dan ketika dibebaskan, pemerintah Belanda meminta agar Tjokroaminoto duduk di Volksraad. Permintaan itu ditolaknya karena tidak ingin bekerjasama lagi dengan Belanda.

Selain menjadi politkus ia juga aktif menulis di surat kabar maupun majalah. Karyanya yang banyak dikenal ialah Islam dan Nasionalisme. Tjokroaminoto menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17  Desember 1934 di Surabaya, setelah sebelumnya jatuh sakit sehabis mengikuti kongre Sarekat Islam di Banjarmasin.

Begitu banyak tokoh-tokoh ternama di negeri ini. Dan tentunya tokoh-tokoh tersebut mempunyai seorang pembimbing ataupun guru. Dari guru itulah lahirnya pemuda-pemudi bangsa yang berkualitas. Tentunya banyak juga guru yang telah berjasa pada bangsa ini. Namun kita bisa mengambil contoh kepada Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang berhasil mempengaruhi murid-muridnya untuk menjadi pendiri bangsa ini, walaupun tidak semuanya sepaham satu sama lain bahkan mungkin dengan dirinya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel