Pesawat N250 yang Tinggal Kenangan
Semua mata tertuju ketika tanggal 10 Agustus 1995 pesawat besutan B.J. Habibie dan anak bangsa Indonesia melakukan first Flight. Pesawat itu diberi nama Pesawat N250, dengan N yang berarti Nusantara. Pesawat N250 merupakan pesawat dengan kapasitas 50 penumpang yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PT. Dirgantara Indonesia).
IPTN mencoba merebut pasar pesawat dengan kelas 50-70 penumpang dengan mengedepankan pesawat N250. Pesawat ini menjadi tokoh utama dalam pagelaran Indonesian Air Show 1996. B.J. Habibie membuat pesawat tersebut karena pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi karena perusahaan industrinya bangkrut.
Dengan menggunakan mesin turboprop 2439 KW dan Allison AE 2100 C pesawat ini dapat terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam. Dalam kecepatan ekonomis pesawat ini dapat terbang 555km/jam. Ini merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang. Pesawat ini dapat mencapai ketinggian operasi 7620 meter dan daya jelajah sebesar 1480 km.
Rencananya pesawat ini akan diproduksi sebanyak empat buah Prototype Aircraft (PA). Yaitu PA-1, PA-2, PA-3, dan PA-4. Namun karena proyek berhenti hanya 2 pesawat prototip saja yang berhasil diproduksi. Ketika IMF dalam letter of intent mensyaratkan pemberhentian produksi pesawat N250. Pesawat ini sejatinya diproyeksikan untuk menguasai pangsa pesawat komersial. Ditahun 2000-2020 diperkirakan dibutuhkan 8000 pesawat komersial yang diantaranya (45%) pesawat sekelas N250. Saat itu N250 dikeroyok pesaing dari Eropa dengan pesawat ATR (Prancis), Fokker (Belanda, tidak diproduksi lagi), dan Dehavilland (Kanada). Dari sini kita melihat bahwa IMF sengaja melindungi negara-negara maju dan menjenggal kita untuk maju.
Tidak ada pohon yang semakin tinggi tidak goyang diterjang angin. Tidak ada sebuah keinginan baik yang tidak mendapat ganjalan dari pesaing. Dan tidak ada niatan jahat yang dapat menghentikan niatan yang baik dan tulus.
Comments
Post a Comment