Yang Telah Tiada


Tidak ada yang salah di dunia ini. Hanya kita sendirilah yang membuatnya menjadi rumit. Semua sudah ada garisnya. Kita hanya bisa terus berusaha dan meminta kepadaNya. Setelah itu berserah dirilah kepadaNya.

Dunia ini penuh kedok. Dari dalam sampai luar. Dari atas sampai bawah. Dari kanan sampai kiri. Tetapi Dirinya masih tetap ada. Banyak skenario yang sudah terjadi dariNya. Dari rezeki, bencana(teguran), sampai kematian. Kita tidak akan tahu kapan itu terjadi pada diri kita.

Andaikan kitapun tahu tidak ada gunanya. Karena Dia Yang Maha Kuasa. Kematian? Hanya menunggu waktu. Bisa saja bulan depan, minggu ini, hari ini bahkan sekarang. Kita tidak akan tahu. Namun semua orang akan tahu sebuah jejak yang kita tinggalkan. Baik jejak yang wangi ataupun busuk.

Yang telah tiada. Kau dilahirkan di muka bumi 17 Januari 1942. Sebuah tempat persinggahan sejenak. Banyak sudah yang kau lalui. Perjuanagnmu ditemani penyakit yang menjangkitimu. Namun pengaruhmu berhasil mengobati penyakit orang lain. Kau berjuang di atas kebenaran. Kau berjuang dengan perahu kokoh. Kau berjuang bersama kami. Kini kau telah (4 Juni 2016) dan dikebumikan pada saatnya (10 Juni 2016). Selamat jalan wahai pejuang.
 "Saya benci setiap menit dari latihan, akan tetaapi saya selau berkata, 'Jangan menyerah. Menderita sekarang dan jalani sisa hidup anda sebagai juara"
"Membenci orang karena warna kulitnya itu tidak benar. Tidak penting kulit mana yang melakukan kebencian."
 "Perang bertentangan dengan Qur'an. Saya tidak mencoba lari dari wajib militer. Seharusnya kita tidak berperang kecuali atas perintah Allah atau Nabi."
"Saya juga tidak punya masalah dengan Vietkong. Mereka tidak pernah menyebut saya Nigger" - Muhammad Ali, saat menolak wajib militer dai Amerika Serikat.
 "Kata Islam berarti damai. Kata Muslim berarti berserah diri  kepada Allah. Tetapi media membuat kami seperti kaum penuh kebencian."

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel