Ohhh Negeriku Malangnya Nasibmu


Susah senang aku di sini. Dari mulai tangis pertama sampai sekarang. Walaupun terpaut jauh antara tahun 1945 dengan 2000, tapi tidaklah buta aku dengan pendahulu. Dari Belanda sampai Jepang. Dari Samudra Pasai sampai Majapahit. Dari Soekarno sampai Joko Widodo.

Tanggal 17 Agustus 1945 engkau memerdekakan diri dari penjajahan asing. Semuanya bermula pada cita-cita mulia para kakek kita. Yaitu melepaskan diri dari penjajahan dan ketertindasan. Semua perjuangannya berhasil. Dan hari ini cucu-cucumu merasakan hasil tetesan keringat yang engkau tumpahkan ke peluru Belanda maupun Jepang.

Tapi tidak semua cucumu tahu siapa engkau. Mereka juga tidak tahu dimana mereka dikandung. Yang mereka tahu hanyalah betapa enaknya hidup di wilayah ini. Tak peduli mereka bagaimana apa yang dinamakan pahlawan negeri ini memperjuangkan hak mereka. Mereka sudah terlalu jauh ke pinggir. Mereka bimbang. Tidak tahu. Mereka hanya sibuk dengan lentingan rokok di yang diapit dengan dua jarinya. Tapi itu masih lumayan. Ada yang sengaja memakan obat-obat secara dosis tinggi untuk sekedar terhanyut dalam kegelisahan sementara.

Para Kartini-Kartini kotemporer hanya sibuk dengan seperangkat make up lengkap dengan bumbu-bumbunya. Juga para Sudirman-Sudirman muda, mereka hanyut dalam kegelisahan dunia game yang begitu atraktif. Sebenarnya itu tidak masalah jika dalam masih batas wajar. Namun apa yang terjadi sekarang melebihi jumlah sungai-sungai di Banjarmasin.

Untuk itu dalam menegakkan hubungan kepedulian kita sesama, ada baiknya kita hargai mereka juga melindungi yang ada. Melindungi tapi bukan fanatik gila. Melindungi dengan tatanan benar salah yang tepat. Tapi inilah kehidupan ada selalu yang berlawanan. Tapi negeriku anehnya punya lawan dari dalam sendiri. Ohhh negeriku malangnya nasibmu

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel