Tidak Harus Menjadi Ashabul Kahfi


Di ruangan yang tidak begitu luas ini, Utuh masih sibuk memilah-milah jawaban yang akan ia pilih. Memang waktu yang diberikan masih lama tapi kalau dibuang pasti akan rugi. Utuh paham betul tentang untung rugi waktu. Karena ia menggunakan karuniaNya yang berupa akal dengan semestinya. Tentu jika berlebihan itu mungkin akan berbahaya.

Semua punya batasnya. Akal punya batas. Tenaga ada batasnya. Juga kuasa seorang pemimpin. Syukur jika itu pemimpin yang sadar, tapi jika pemimpin yang sakit. Kacaulah daerahnya. Mereka sakit karena hegemoni keindahan dunia yang tak kekal ini. Apapun akan mereka lakukan untuk mewujudkan nafsunya. Mulai dari yang tidak terlihat sampia yang terang-terangan.

Dengan jargon demokrasi dan rasa kemanusiaan, tertutuplah semua itu. Mereka beralasan dengan rasa kemanusiaan boleh menyerang suatu daerah yang tidak tahu-menahu, dengan senjata yang lengkap lagi canggih. Dan dengan katanya yang disebut demokrasi dari rakyat, juga menilik keputusan sepihak dari elit-elit tertentu.

Mereka semua membungkusnya dengan indah di dalam kado berbalut kertas mengkilap. Semua tercengang dengan kilapan itu. Tapi mereka tidak tahu apa yang di dalamnya. Yang menerima kado karena begitu tercengang dengan sisi luarnya tidak begitu peduli dengan apa yang di dalamnya. Mereka sudah terpesona terlebih dahulu dengan kilap-kilapan balutan kado tersebut.

Syukur tidak semua orang terpengarauh kilapan itu. Termasuk si Utuh. Utuh ini memang orangnya beda. Yang lain ke kiri, ia ke kanan. Yang lain mundur, ia maju sendiri. Seperti halnya yang terjadi di sekolahnya. Ketika kebebasan bersuara tidak diakui karena otoriternya peraturan yang ada juga kepala sekolahnya.

Ia beserta kawan-kawannya yang ada sudah lama patuh kepada mereka. Tapi kesabaran mereka juga habis. Mereka dengan cara damai melakukan perlawanan-perlawanan terhadap kediktatoran yang ada. Walaupun mereka tahu suara mereka hanya sia-sia melambung ke udara, tapi setikdanya itulah usaha mereka. Jika kediktatoran ini terus berlangsung pasti akan timbul domino-domino penyelewengan lainnya. Untuk itu mereka terus berusaha melawan rezim yang ada. Masalah kedepannya biarlah Yang Maha Kuasa yang memastikannya.

Untung Utuh orang yang tahu agama. Makanya ia tidak melaksanakan kudeta terhadap kepala sekolahnya seperti yang pernah dicoba oleh PKI kepada negeri ini. Itulah Utuh dengan segala kenyelenehannya terhadap duniawi. Tidak perlu menjadi Ashabul Kahfi ketika menghadapi pemimpin zalim. Karena jika pemimpin zalim dibiarkan, tentunya mereka akan terus berkuasa. Aduhhh Utuh,  semoga aku termasuk menjadi generasimu.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel