Tri Komando Rakyat
Pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengumumkan Tiga Komando Rakyat (Trikora). Trikora merupakan usaha untuk menggerakan rakyat sebagai pendukung usaha pengembalian Irian Barat. Trikora diumumkan di Yogyakarta pada acara peringatan Agresi Militer II Belanda. Adapun isi Trikora sebagai berikut.
a. Gagalkan pembentukan "Negara Boneka Papua" buatan Belanda kolonial
b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa
Pada tanggal 4-8 Januari 1962 diadakan rapat raksasa dalam rangka pembebasan Irian Barat di lapangan Karebosi, Makassar. Rapat itu dihadiri langsung Presiden Soekarno, Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal A. H. Nasution, dan Panglima Daerah Militer XIV/Hasanudin. Pada saat itu Presiden Soekarno menyerukan "Rebut Irian Barat Sebelum Ayam Berkokok".
Sebagai tingkat lanjut Trikora, dilakukan mobilisasi umum dalam rangka pembebasan Irian Barat di seluruh Indonesia. Seluruh kekuatan cadangan nasional pun disiagakan dalam beragam bentuk. Pemerintah mengambil langkah-langkah antara lain membentuk Provinsi Irian Barat gaya baru dengan ibu kota Baru dan membentuk Komanda Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 13 Januari 1962. Sebagai Panglima Komandan Mandala berada di Makassar.
Panglima Mandala menyusun strategi pembebasan Irian Barat dalam tahapan-tahapan berikut.
a. Fase infiltrasi (sampai tahun 1962) dengan memasukan sepuluh kompi di sekitar sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
b. Fase eksploitasi (pada awal 1963) dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan dan menduduki semua pos pertahanan musuh.
c. Fase konsolidasi (pada awal tahun 1964) dengan mendudukkan kekuasaan-kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat
Strategi yang disusun Panglima Mandala tersebut dinamakan Strategi Panglima Mandala. Operasi-operasi militer terus dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia. Operasi-operasi tersebut antara lain Operasi Benteng Ketaton, Operasi Serigala, Operasi Jatayu, dan Operasi Jaya Wijaya.
Pada periode infiltrasi terdapat sukarelawan wanita yang bernama Herlina Kasim. Atas keberaniannya sebagai sukarelawan untuk membebaskan Irian Barat, Presiden Soekarno menganugerahkan sepasang pending kepadanya sehingga Herlina Kasim dikenal sebagai "Si Pending Emas".
Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertempuran di Laut Aru antara kapal jenis motor torpedo boat (MTB) ALRI dan dua kapal perusak Belanda. Salah satu pintu masuk serangan pasukan Indonesia adalah Kaimana. Pasukan TNI dan para sukarelawan, baik yang diterjunkan melalui udara ke daerah lembah Gunung Genova maupun pasukan yang mendarat dari arah laut masuk melalui Kaimana. Dalam pertempuran itu Komodor Yos Sudarso dan Kapten Wiratno gugur karena KRI Matjan Tutul yang ditumpanginya harus menghadapi kapal perusak dan fregat Belanda yang dibantu pesawat udara.
Komodor Yos Sudarso pada waktu itu menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut. Gugurnya Komodor Yos Sudarso hingga kini terus dikenang oleh para prajurit TNI AL sebagai hari Dharma Samudra. Masyarakat Kaimana mengenangnya dalam sebuah syair lagu daerah yang petikan baitnya antara lain "Asia'i wenne . . . asia i wenne natumbo kimana . . . asia i wenne . . .". Artinya, "Pandanglah di ufuk timur terbitnya matahari . . . Di sana penuh dengan peristiwa . . . kita berpangkal dari sana".
Comments
Post a Comment