Aroma Kopi





Hingga keputusan majelis belum di ketuk maka dengan itu kita masih bebas memlih. Dalam hal ini, pencarian akan terus berlanjut hingga Tuhan merestuinya. Ditampakkan kepada kita pilihan yang indah-indah tentunya yang mampu menarik lirikan mata. Jadi salah kiranya jika kita berpikir belum datang seorang yang ditunggu itu. Malah kita sendiri yang menolak kedatangannya tanpa sadar.


Tanpa sadar secangkir kopi hangat pagi ini yang menyeruput manja di tenggorokkan tinggal setengah. Cangkir tidak bergemim dengan hal itu. Biar setengah berisi, namun aromanya dengan tenang menemani di tengah hamparan alam ini. Sebelum itu, ketika berada jauh sekiranya 5 meter awal kopi itu diaduk sudah terasa aromanya walau belum tersentuh. Gelombang-gelombang getarannya sudah terasa walau hanya lewat sejenak. Apalagi jika sudah berdekatan dengan raga. Tentu jiwa akan tenang dengan halnya.

Halnya yang paling ditunggu ya engkau. Yang dapat membuat kalang kabut seluruh struktur raga hingga jiwa ini. Karena hanya mendengar suaramu dari kejauhanpun sudah cukup membuat aroma yang dapat mengetuk hati yang gersang. Gelombang-gelombang yang engkau tawarkan selalu dengan mudah diterima dengan pintu yang terbuka. Ahh, lain lagi jika engkau mendekat. Bukan hanya alam yang terdiam, seisi rongga kepalakupun akan lumpuh dengan kehadiranmu.

Jadi halnya kehadiranmu membuat aku tenang. Beban hilang seketika bagai kulempar ke angkasa malam yang penuh dengan bintang-bintang. Memang Tuhan dengan segala kebesaran-Nya menunjukkan sebuah maha karya kepada manusia sepertimu.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel