Jika Ku Sebut Kau Kambing
Andai maksud dari suatu kata yang dilontarkan hanya diketahui oleh sang pelontar, tentu akan tidak gamblang. Apalagi sangkut menyangkut tentang ketentraman orang banyak. Kau lontarkan satu kata baik semua akan sejuk. Lain lagi ketika engkau lontarkan kata 'jijik', pasti wilayah sekitar akan mauk dengan tingkah yang kau perbuat.
Apalagi ini kau tantang ulama. Kau sebut mereka tidak pantas menafsirkan. Terus untuk apa Tuhan Yang Maha Perkasa membuat sebuah firman yang ditujukan kepada Rasulullah SAW. Hanya untuk pajangan di dinding rumah tanpa dihayati? Atau hanya menjadi alat pembeda antara yang sok soleh dan yang sok ingkar.
Ah, mungkin kau seperti juga aku dan yang lainnya selalu terus mencari kebenaran. Atau mungkin engkau merasa sudah paling benar seantero kosmologi jagad raya ini? Engkau merasa sudah mengalahkan para Nabi-Nabi terdahulu yang mungkin hilang dalam kotak ingatanmu.
Tapi aku masih berbaik sangka kepada kau. Mungkin karena ketidaktahuan, kau rela melakukan hal itu. Dan aku berharap diriku dan juga engkau beserta seluruh mahluk di bumi ini tidak dijauhkan dari rahmat-Nya.
Tapi Nusron. W, aku masih bingung kepada perkataan engkau yang berbunyi: "Yang tahu maksud dari perkataan si Untung, ya Untung sendiri".
Mungkin jika ku sebut kau kambing, bagaimana wahai Nusron. W? Tapi sebaiknya engkau jangan marah dulu, karena yang tahu maksud ucapanku itu hanyalah aku. Engkau jangan sembarang menafsirkan ucapanku itu. Begitukan teorimu tentang tafsir-menafsir. Atau mungkin diriku yang salah? Lah wajarlah, itu pertanda bahwa aku manusia. Bukan manusia yang mencoba menjadi superhero jadi-jadian yang selalu merasa maha benar.
Comments
Post a Comment