Konferensi Asia-Afrika, Ketika Negara Asia dan Afrika Galang Kekuatan Bersama
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan dalam rangka
mengantisipasi perkembangan dunia pada masa Perang Dingin. Dalam Perang Dingin
terjadi persaingan antara dua blok, yaitu Blok Amerika dan Uni Soviet. Akibat
perang dingin, bangsa-bangsa di Asia dan Afrika khawatir jika senjata nuklir
yang bisa memusnahkan umat manusia dikembangkan oleh kedua belah pihak. Dalam
konstelasi politik dunia seperti itulah, para pemimpin Indonesia tampil ke
pentas dunia.
Penyelenggaraan
Konferensi Asia Afrika (KAA)
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan atas prakarsa lima
negara, yaitu Indonesia yang diwakili Ali Sastromidjojo, India yang diwakili
Jawaharlal Nehru, Pakistan yang diwakili Mohammad Ali Jinnah, Sri Lanka
(Ceylon) yang diwakili oleh Sir John Kotelawala, dan Myanmar (Burma) yang
diwakili oleh U Nu. Sebelum penyelenggarakan KAA, kelima negara mengadakan
pertemuan atas undangan Perdana Menteri Sri Lanka, Sir John Kotelawala.
Pertemuan kelima negara tersebut berlangsung dua kali, yaitu
Konferensi Pancanegara I (di Colombo, Sri Lanka tanggal 28 April 1954) dan
Konferensi Pancanegara II (di Bogor tanggal 28-29 Desember 1954). Pada
Konferensi Pancanegara I diperoleh kesepakatan umtuk menyelenggarkan KAA.
Sementara itu, pada Konferensi Pancanegara II diperoleh kesepakatan antara lain
KAA akan diselenggarkan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan mengundang
tiga puluh negara dari Benua Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika pertama (KAA I) berlangsung di
Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 yang dihadiri 29 negara. Negara yang
tidak hadir adalah Rhodesia (Federasi Afrika Tengah) karena mengalami
pergolakkan politik dalam negeri. Dari negara-negara yang diundang tersebut
muncul tiga golongan, yaitu gologan prokomunis (RRC dan Vietnam Utara),
golongan pro-Barat (Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki), serta
golongan netral (India, Burma, Sri Lanka, dan Indonesia). Ketua penyelenggaraan
KAA dijabat oleh Ali Sastromidjojo dari Indonesia.
Tujuan penyelenggaraan KAA antara lain memajukan kerja sama
antarbangsa Asia-Afrika untuk mengembangkan kepentingan bersama, persahabatan,
dan hubungan baik bertetangga; mempertimbangkan masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan kebudayaan negara-negara anggota; mempertimbangkan permasalahan
khusus bangsa-bangsa di Asia-Afrika, seperti kedaulatan nasional, rasialisme,
dan kolonialisme, serta meninjau kedudukan Asia serta rakyatnya di dunia, serta
sumbangan bagi perdamaian dan kerja sama di dunia.
Konferensi Asia
Afrika di Bandung menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan sebutan Dasasila
Bandung atau Spirit Bandung. Isi dari
Dasasila Bandung adalah menghormati hak dasar manusia, menghormati kedaulatan
dan integritas teritorial semua negara, mengakui persamaan semua bangsa, tidak
melakukan intervensi dalam negeri negara lain, tidak melakukan agresi terhadap
negara lain, menyelesaikan segala persoalan internasional dengan jalan damai,
memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama, serta menghormati hukum dan
kewajiban internasional.
KAA memiliki pengaruh besar dalam upaya menciptakan perdamaian
dunia dan menghapus kolonialisme. Semangat KAA mendorong lahirnya Gerakan
Non-Blok agar tidak berpihak, baik pada Blok Barat maupun Blok Timur. Bagi
Indonesia, KAA membawa keuntungan, yaitu pemerintah Indonesia mencapai
kesepakatan mengenai masalah RRC tentang dwikewarganegaraan dan memperoleh
dukungan dalam perjuangan pembebasan Irian Barat.
Peran Indonesia dalam
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika terselenggara atas ide Perdana
Menteri Mr. Ali Sastromidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953.
Dalam pidatonya Ali menyatakan bahwa kerja sama negara-negara Asia-Afrika
dipandang penting karena akan memperkuat usaha ke arah perdamaian dunia yang
kekal. Untuk merealisasikan ide tersebut pada awal tahun 1954 Ali Sastromidjojo
diundang Perdana Menteri Sri Lanka, Sir John Kotewala. Pertemuan kemudian
disebut Konferensi Colombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan
2 Mei 1954.
Secara umum, peran Indonesia dalam KAA antara lain ikut
memprakarsai dan menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang
berlangsung 28-29 Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini sebagai
pendahulu dari Konferensi Asia Afrika. Indonesia juga ikut memprakarsai dan
menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada
tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam
konferensi ini beberapa tokoh Indonesia menduduki peraanan penting, di
antaranya sebagai berikut
a. Ketua Konferensi: Ali Sastromidjojo
b. Sekretaris Jenderal: Ruslan Abdulgani
c. Ketua Komite Kebudayaan: M. Yamin
d. Ketua Komite Ekonomi: Prof. Ir. Roseno
b. Sekretaris Jenderal: Ruslan Abdulgani
c. Ketua Komite Kebudayaan: M. Yamin
d. Ketua Komite Ekonomi: Prof. Ir. Roseno
Comments
Post a Comment