Benarkah Walisongo Berasal dari China?
Beberapa penggalan sejarah mengandung versi yang mungkin
kontoversi. Salah satunya tentang asal usul Walisongo yang berasal dari China.
Ialah seorang Professor Slamet Mulyana yang mempulikasikan pernyataannya dalam
bukunya yang berjudul, “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam di Nusantara”.
Namun buku yang ditulis oleh Slamet Mulyana ini dilarang
peredarannya pada zaman orde baru karena dinilai dapat memancing perdebatan
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antaragama).
Slamet Mulyana mengatakan bahwa Walisongo dibentuk oleh
Sunan Ampel pada tahun 1474. Kesembilan anggota Walisongo tersebut terdiri
dari, Sunan Ampel (Bong Swie Ho), Sunan Drajat (Bong Tak Keng), Sunan Bonang
(Bong Tak Ang), Sunan Kalijaga (Gan Si Cang), Sunan Gunung Jati (Du Anbo-Toh A
Bo, Sunan Kudus (Zha Dexu-Ja Tik Su), Sunan Muria, Maulana Malik Ibrahim (Chen
Yinghua/Tan Eng Hoat), dan Sunan Giri (cucu Bong Swie Ho).
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) lahir di Champa (Kamboja) tahun
1401. Ketika itu di Champa banyak orang Tionghoa yang menganut agama Islam.
Sunan Ampel akhirnya tiba di Jawa pada tahun 1443 dan pada
tahun 1479 mendirikan sebuah masjid yang kelak bernama Masjid Demak.
Kata “Walisongo” yang selama ini diartikan sebagai sembilan
wali, masih memungkinkan untuk tafsiran yang lain. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa kata “sanga” berasal dari Bahasa Arab, “tsana”, yang berarti mulia. Sementara
untuk kata “Sunan”, ada pendapat bahwa kata ini berasal dari dialek Hokkian,
“Su” dan “Nan”. “Su” adalah kependekatan dari kata “Suhu” atau “Saihu” yang
mempunyai arti guru.
Para Wali disebut guru dikarenakan mereka mengajar sebagai
guru-guru Pesantren Hanafiyah, dari mazhab Hanafi. Sedangkan kata “Nan”,
mempunyai arti selatan, karena mayoritas aliran ini berasal dari Tiongkok
Selatan.
Awal dari pendapat bahwa Walisongo berasal dari China
bermula ketika Belanda tidak mempercayai bahwa Sultan Islam pertama di tanah
Jawa adalah orang Tionghoa. Untuk memastikannya, pada tahun 1928, Residen
Poortman ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk mencari kebenarannya.
Kemudian, Poortman menggeledah sebuah kelenteng yang bernama Sam Po Kkong dan
menyita naskah yang berusia ratusan tahun sebanyak tiga pedati.
Naskah yang berbahasa Tionghoa inilah yang menjadi rujukan
Slamet Mulyana dalam mengindikasikan Walisongo berasal dari negeri China.
Wallahua’lam
Comments
Post a Comment