Dakwahnya K. H. Ahmad Dahlan
Berdirinya Muhammadiyah tidak lepas oleh peran K.H. Ahmad
Dahlan. Kegigihan serta keuletannya berhasil membawa Muhammadiyah menjadi salah
satu organisasi yang berpengaruh bagi umat Islam di Indonesia.
K. H. Ahmad Dahlan bersama Muhammadiyah-nya menekankan
sebuah semboyan, Sedikit Bicara, Banyak Bekerja.
Dalam mendirikan Muhammadiyah, K. H. Ahmad Dahlan pernah
mendapatkan penghinaan keras. Kisahnya ketika baru pulang menyiarkan Islam dari
Banyuwangi, K. H. Ahmad Dahlan mendapati sebuah surat yang ditujukan kepadanya.
Di surat tersebut tertulis sebagai berikut.
“Hai ulama palsu yang
busuk! Datanglah kemari sekali lagi, kalau memang benar ajakanmu itu. Kami akan
menyambut kedatanganmu dengan belati tajam dan golok besar, biar engkau pulang
menjadi bangkai. Bawalah istrimu sekali supaya dapat kami selesaikan pula.” Demikian
seperti dikutip dari buku 'Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam' (1992, hlm.
44-46)
Setelah selesai membaca seisi surat tersebut, maka K. H.
Ahmad Dahlan bersiap-siap untuk pergi ke Banyuwangi beserta istrinya. Keputusan
ini menimbulkan kekhawatiran dari kalangan keluarga beserta kerabatnya.
Melihat kecemasan keluarganya, K. H. Ahmad Dahlan menjawab
menjawab dengan tegas.
“Kalau orang yang
durhaka telah berani bertindak begitu, kenapa kami yang membawa kebenaran dan
hendak menyiarkan agama yang haq harus takut kepada mereka? Kami harus
berangkat sekarang juga untuk mengajar dan mendidik mereka.” Jawab K. H.
Ahmad Dahlan
Ketika sampai di kota tersebut, hal-hal yang diancamkan
kepada K. H. Ahmad Dahlan tidak terjadi sama sekali. Bahkan tidak ada nada
kebencian yang ditujukan kepadanya selama di sana. Selang beberapa hari
lahirlah cabang Muhammadiyah di Banyuwangi. K. H. Ahmad Dahlan bersahil membawa
irama Islam ke tempat yang benar tanpa simbol-simbol kekerasan.
Lain lagi ketika K. H. Ahmad Dahlan sedang berada di Jawa
Timur. Saat itu dikarenakan sakit K. H. Ahmad Dahlan mengehntikan aktivitas
dakwahnya sejenak. Namun, dalam masa rehatnya tersebut, K. H. Ahmad Dahlan
tetap melakukan syi’ar Islam walau dengan kecil-kecilan. K. H. Ahmad Dahlan
tetap menyampaikan pelajaran agama bagi para pegawai rumah pesanggrahan. Beliau
juga menyempatkan diri untuk membantu perbaikan surau yang digunakan jamaah
untuk beribadah juga berkumpul.
Melihat keadaan seperti ini semangat K. H. Ahmad Dahlan
dalam menyiarkan Islam terus bertambah. Beliau khawatir jika ajalnya menjemput,
sementara kewajiban syi’arnya dibiarkan begitu saja. Hal inilah yang coba K. H.
Ahmad Dahlan tulakan kepada para murid-muridnya yang menjadi penerusnya.
Comments
Post a Comment