Kekaisaran Rusia, Pendahulu Negara Komunis Uni Soviet
Kekaisaran Rusia merupakan salah satu kerajaan terbesar
dalam sejarah dunia dengan luas daratan yang hanya bisa dilangkahi oleh
Imperium Britania dan Kekaisaran Mongolia. Kekaisaran ini merupakan penerus
Ketsaran Rusia dan pendahulu negara komunis terbesar di dunia pada masanya
yaitu, Uni Soviet.
Pendirian Kekaisaran Rusia diyakini oleh beberapa sejarawan
sudah dimulai ketika Ivan III menaklukkan Novgorod atau ketika Ivan IV
menaklukkan Kazan. Namun secara resmi Kekaisaran ini didirikan oleh Peter I
menyusul perjanjian Nystad tahun 1721. Oleh Peter I sistem pemerintahan di
Rusia mulai mengenal pemerintahan otokrasi.
Wilayah Kekaisaran Rusia yang luas tidak diimbangi oleh
banyaknya penduduk. Saat itu diperkirakan sekitar 14 juta jiwa populasi di Rusia.
Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil penduduk Rusia yang tinggal di kota.
Mayoritas penduduk Rusia kebanyakan tinggal di desa dan memilih mata
pencaharian sebagai petani. Tapi kenyataannya, sistem pertanian Rusia saat itu
masih kalah dengan negara di Eropa Barat. Padahal hampir seluruh penduduk Rusia
ketika itu memilih menjadi petani.
Selama masa Revolusi Industri di Eropa Barat mengakibatkan
pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa Barat pada abad ke-18.
Namun akibat kekalahan Rusia atas Napoleon dari Perancis berakibat pada
terhalangnya kemajuan ekonomi di Rusia. Di Kekaisaran Rusia, mereka masih jauh
tertinggal yang menyebabkan inefisiensi dari pemerintahnya, keterbelakangan
masyarakatnya, dan ketertinggalan ekonomi. Untuk mengatasi hal tersebut
Alexander I siap melakukan reformasi konstitusional. Hal ini dilakukan setelah
kekalahan Kekaisaran Rusia atas Napoleon. Namun reformasi yang dicetus
Alexander I tidak menghasilkan perubahan yang berarti.
Nicholas I yang menggantikan Alexander I dalam awal
kepemimpinannya dihadapkan oleh para pemberontak yang menuntut reformasi di
kekaisaran. Tanpa perlawanan berarti pemberontak tersebut dengan mudah
dipatahkan.
Nicholas I meninggal dalam keadaan misterius. Satu tahun
sebelum meninggalnya Nicholas I, Kekaisaran Rusia terlibat perang dalam Perang
Krimea. Sejak kekalahan atas Napoleon, Kekaisaran Rusia mulai memainkan peran
utama regional dan dianggap sebagai negara dengan kekuatan militer yang tidak
bisa dipandang sebelah mata.
Alexander II naik tahta tahun 1855. Kepemimpinannya diwarnai
keinginan di kalangan rakyat yang begitu luas untuk mengadakan reformasi. Terdapat
lebih dari 23 juta budak hidup di bawah standar, bahkan kondisi para petani di
Eropa Barat (pada abad ke-16) lebih baik ketimbang mereka . Hal ini terjadi
pada tahun 1859. Untuk itu Alexander II mebghapus perbudakan untuk
mengantisipasi tindakan-tindakan revolusioner yang menganggu stabilitas.
Pada periode 1858-1860, Alexander II menginvasi wilayah
Manchurian Luar. Pada tahun 1867 daerah Alaska yang kaya akan minyak dijual
Kekaisaran Rusia kepada Amerika Serikat.
Di kawasan Balkan, pada tahun 1870-an, Kekaisaran Rusia
terlibat konfrontasi dengan Kesultanan Utsmaniyah. Bangsa Slavia melakukan
pemberontakan terhadap Kesultanan Utsmaniyah. Hal ini dilirik oleh Kekaisaran
Rusia yang menyatakan dukungan terhadap Bangsa Slavia. Akhirnya Bulgaria dan
Serbia memerdekakan diri. Rusia atas nama pasukan relawan Serbia melakukan
perlawanan terhadap Kesultanan Utsmaniyah. Hanya hitungan satu tahun, Rusia
sudah mendekati Istanbul dan akhirnya Kesultanan Utsmaniyah menyerah. Saat itu
para diplomat dan jenderal Rusia membujuk Alexander II untuk memaksa Kesultanan
Utsmaniyah menandatangani Perjanjian San Stefano pada Maret 1878. Namun
akhirnya Rusia memilih mundur ketika Inggris mengancam menyatakan perang karena
measa keberatan dengan syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian tersebut.
Pada tahun 1881, Alexander II terbunuh oleh salah satu
anggota organissasi teroris. Tahta kepemimpinan selanjutnya diberikan kepada
anaknya, Alexander III. Ia kemudian mencoba menghidupkan kembali maksim
“Otokrasi, Ortodoks, dan Karakter Kebangsaan Nasional” yang dicetuskan oleh
Nicholas I. Alexander III merupakan seorang yang Slavophile yang punya keyakinan bahwa Rusia dapat diselamatkan dari
kekacauan yang ada dengan tidak menutup diri dari pengaruh subversif Eropa
Barat.
Setelah 15 tahun berkuasa, akhirnya Alexander III digantikan
putranya, Nocholas II. Sistem otokrasi di Rusia tetap di pertahankannya.
Revolusi Industri Rusia terlihat sudah menunjukkan pengaruh
yang signifikan. Tapi, Partai Sosialis-Revolusioner malah menuntut agar
dilakukan distribusi tanah untuk para petani. Lain halnya dengan
Sosial-Demokrat yang memandang bahwa revolusi harus berawal dari para pekerja
dan buruh di perkotaan, bukan kaum tani.
Kalahnya Kekaisaran Rusia pada Perang Rusia-Jepang
(1904-1905) menjadi pukulan telak bagi rezim Nicholas II. Ini juga menjadi
sebab meningkatnya potensi kerusuhan dan pemberontakan di dalam negeri.
Puncaknya pada Januari 1905 terjadi insiden yang dikenal
sebagai “Minggu Berdarah”. Semua terjadi ketika Pastor Gapon memimpin sebuah
masa di Istana Musim Dingin, St. Petersburg. Mereka berkeinginan mengirim
sebuah petisis kepada Tsar. Dan ketika masa sampai di istana, militer malah
menembaki kerumunan masa dan mengakibatkan tewasnya ratusan orang. Sontak
publik Rusia begitu marah atas insiden tersebut. Hingga terjadilah revolusi
tahun 1905. Dewan Pekerja (Soviet) bermunculan di kota untuk mengarahkan aktivitas
revolusioner. Akhirnya Rusia menjadi lumpuh, dan pemerintahan kekaisaran tidak
punya tenaga lagi untuk menghadapi kekacauan yang terjadi di seluruh negeri.
Pada Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia dengan dorongan
membela sesama kaum Ortodoks Slavia di Eropa Timur dan Balkan memasuki medan
peang.
Rusia mengalami terputusnya seagian pasokan bantuan asing
dan pasar perdagangan yang potensial akibat kontrol Jerman atas Laut Baltik dan
kontrol koalisi Jerman-Utsmaniyah atas Laut Hitam.
Di St. Petersburg pada Maret 1917, terjadi pemogokkan massal
pada sebuah pabrik. Ini diikuti hampir semua pekerja di kota dan kerusuhan pun
pecah. DI bulan Oktober 1917 kekuasaan berhasil direbut oleh kaum Bolshevik. Nicholas
II beserta keluarganya pada akhirnya dieksekusi oleh kaum Bolshevik dan
menandai berakhirnya kekuasaan penuh Dinasti Romanov atas Rusia.
Comments
Post a Comment