Segitiga Bermuda dan UFO



Bagaimana Kenyataannya: Siapa di Belakang Piring Terbang dan Segitiga Bermuda?
Telah dilakukan penginderaan atas daerah Segitiga Bermuda dan sekitarnya dengan satelit dan dengan berbagai peralatan modern yang rumit dan sangat akurat. Anehnya, gambar-gambar yang dikirim satelit tidak muncul di layar, kecuali satu gambar –kendati getarannya sangat kuat–sesuatu yang menyerupai daratan. Namun peralatan perekam di kapal yang berlabuh dalam ekspedisi ilmiah yang mendekati Segitiga Bermuda menegaskan bahwa adanya daratan di daerah ini suatu hal yang mustahil.

Pendapat adanya inklinasi masa, dalam arti adanya “rongga-rongga” yang berisi aturan-aturan proses alami, merupakan pendapat yang sama sekali tidak ilmiah, tidak berdasarkan fakta dan argumen. Buktinya, penemu terkenal, Christopher Columbus, melewati daerah Segitiga Bermuda pada tahun 1492 dengan selamat, meskipun ia melihat pemandangan-pemandangan cahaya yang mungkin ada hubungannya dengan jin. Selain itu, Segitiga Bermuda –sejak Columbus dan sebelumnya hingga masa akan datang–menyaksikan pada penemu pertama, tentara, penjelajah, penjajah, dan bajak laut melewati daerah itu.


Dengan demikian, yang terjadi di Segitiga Bermuda merupakan sesuatu yang relatif baru. Hal itu tidak terjadi sebelum lebih kurang dua abad yang lalu. Masalah adanya arwah gentayangan di Segitiga Bermuda tidak ada alasannya untuk diterima berdasarkan keberadaan sejumlah jin yang menghuni laut dan samudera. Adapun gangguannya pada pesawat terbang dan kapal laut dengan penculikkan besar-besaran merupakan sesuatu yang mustahil secara logis dan objektif. Jika tidak, mengapa jampi pendeta Oumand tidak mempan?

Inilah Kenyataan Menurut Pandangan Seorang Muslim.
Hakikat yang saya kemukakan kepada seluruh manusia adalah adanya hubungan kuat antara piring-piring terbang dan Segitiga Bermuda. Selain itu, para peneliti Amerika menemukan daerah Florida sebagai tempat yang baik atau tempat terbaik bagi peluncuran pesawat-pesawat ruang angkasa. Demikian pula, orang yang dapat dipercaya menemukan piring-piring terbang dan para pilotnya di daerah Segitiga Bermuda, yang merupakan tempat terbaik untuk peluncuran piring-piring terbang. Seakan-akan daerah ini merupakan pangkalan bagi pesawat-pesawat ini, yang teknologinya mendahului zaman.

Mereka yang berpendapat, sekedar kemungkinan, bahwa piring-piring terbang datang dari planet lain pun ditolak para astronom yang mengatakan, “Galaksi terdekat ke bumi dan yang dianggap berpenghuni adalah galaksi Epcylon Aridane dan berada pada jarak sekitar sepuluh dan sebelas tahun cahaya ari bumi. Itu berarti bahwa jarak antara kita dan galaksi Epcylon Aridane adalah 104 x 109 kilometer. Jarak ini dibandingkan dengan teknologi kita di atas bumi tidak dianggap sebagai astronomi semata, bahkan merupakan jarak yang tidak dapat dilalui. Apakah kita akan dianggap sebagai utopian jika kita mempersiapkan diri untuk mencapainya dengan perantara pesawat-pesawat ruang angkasa kita seperti Apollo. Hal ini merupakan penyimpangan terhadap hukum alam. Adakah kedunguan belaka kalau kita berharap agar keong alami (yang memiliki tempurung) mengitari bola bumi ratusan kali dengan kemampuan yang dimilikinya.”

Anehnya, secara umum kita beranggapan bahwa peradaban apa pun di luar bumi harus lebih maju dibanding peradaban kita di atas bumi. Ini jika peradaban-peradaban itu memang ada. Tetapi hendaknya kita berusaha membalikkan kenyataan itu, meski hanya sekali. Harus diterima kesimpulan dalam fisika yang mengatakan bahwa kalau peradaban-peradaban itu sedikit lebih maju daripada peradaban kita, niscaya peradaban-peradaban itu memiliki peralatan-peralatan penyiaran berupa radio pengirim dan penerima. Selain itu, dapat dikatakan bahwa para pemilik peradaban itu, sekiranya lebih maju daripada kita, tidak akan memiliki minat atau motivasi untuk berhubungan dengan kita. Mereka menerima radio dan stasiun penyiaran televisi kita. Dengan demikian, mereka akan mengetahui, secara memadai, tingkat kemajuan kita.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bentuk hubungan apa pun dengannya biasanya membenarkan bahwa tingkat kemajuan di antara peradaban-peradaban itu relatif sama. Dalam hal ini pun pasti terdapat kendala yang menghambat hubungan untuk menyamakan teknologi.

Bertolak dari sisi ini, maka tidak mungkin adanya hubungan waktu di antara planet-planet itu kecuali dengan kriteria alam. Itulah pendapat Johanes Von Potlar dan pendapat seorang astronom Amerika, Frank Drick.

Atas dasar itu, anggapan bahwa yang menguasai masalah-masalah ini adalah makhluk-makhluk dari planet lain merupakan anggapan yang tidak benar. Jika tidak, mengapa mereka tidak menguasai bumi, padahal mereka memiliki teknologi yang mendahului kita puluhan bahkan ratusan tahun?

Kemudian, mengapa mereka menyengsarakan diri dengan menempuh jutaan tahun cahaya untuk sampai ke pada kita. Lalu mereka mencuri sebagian hasil bumi, ayam, atau melakukan percobaan rahasia dengan sampel manusia? Mengapa mereka tidak nengungkapkan penemuan dan kebenaran untuk bertukar pengetahuan setelah mereka mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang baik juga? Sebagian besarnya lemah teraniaya. Sementara sebagian kecilnya lalim, tetapi kelalimannya terbatas. Bahkan penguasaan ilmu mereka sangat ketinggalan dibanding kemajuan teknologi piring-piring terbang yang diterbangkan di Segitiga Bermuda melalui gelombang elektromagnetik.

Namun, saya menguatkan pendapat Dr. Allen J. Haneck, bahwa apa yang terjadi di Segitiga Bermuda dan kasus piring terbang merupakan perbuatan makhluk yang sangat jenius dan sangat cerdas, dan mengetahui apa yang diperbuat, meskipun tidak menampakkan identitasnya yang tidak diragukan berasal dari bumi kita juga. Demikian pula Dr. Moris Gasup, seorang pakar fisika, yang terbunuh dalam peristiwa misterius setelah menegaskan pendapat ini. Seperti itu pula ilmuwan terkemuka, James I. Mac Donald.

Setelah melakukan kajian mendalam, perjalanan panjang, berbagai pertemuan dengan orang-orang yang berkompeten dan ahli, serta berbagai petualangan, saya bisa mengatakan kepada seluruh manusia, “Segitiga Bermuda merupakan pangkalan utama peluncuran dan pendaratan piring-piring terbang. Di pangkalan besar ini sejumlah pekerja melakukan hal itu dipimpin seorang komandan, seorang direktur, dan pada intelektual jenius dalam kejahatan. Mereka diawasi seorang raja kejahatan, saudara Iblis–semoga Allah melaknat mereka.

Mereka bukanlah Ya’juj dan Ma’juj. Mereka bukan orang-orang Jepang melarikan diri atau orang-orang miskin dan lemah. Mereka adalah manusia. Mereka mempunyai ambisi dan impian untuk benar-benar menguasai dunia secara teknologi dan ilmu pengetahuan.

Sumber: Isa Dawud, Muhammad. 1997. “Dajjal Akan Muncul dari Segitiga Bermuda”. Bandung. Pustaka Hidayah.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel