Wakil Kita




Jawaban dari pertanyaan ‘kapan’ selalu dinantikan. Entah jawaban yang diterima singkat ataupun panjang, tapi semua itu pasti menimbulkan gejolak. Dari gejolak karena terpuaskan jawabannya maupun gejolak kecewa atas jawaban yang ada.

‘Kapan’ itu hal terjadi masih menjadi pertanyaan. Karena ketika mengkampanyekan dirinya untuk dicoblos, banyak buaian-buaian manis yang terlontarkan. Mungkin semua buaian tersebut terlontar jauh menuju jurang terdalam sehingga dicuekan begitu saja.

Kita pilih mereka agar menjadi wakil kita di sana. Dan mereka memang memegang erat amanat tersebut. Untuk urusan korupsi-mengkorupsi, kita sudah diwakilkan. Untuk urusan sogok-menyogok, kita juga sudah diwakilkan. Dan yang terpenting untuk urusan kaya-mengkaya, kita sudah banyak wakil di sana. Jadi sudah sepatutnya kita beri applause kepada wakil kita di sana.

Untuk kita yang berada di bawah ini kita hanya bisa lakukan hal kecil saja. Setidaknya kita hanya bisa menggaji mereka. Makan, biaya sekolah anak mereka, jam-jam tangan mereka, berasal dari uang kita. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Laaah, kami ini hanya ‘wong cilik’.

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel