Dracula, Sosok Keji Musuh Islam
Persepsi tentang dracula
saat ini diidentikkan sebagai tokoh khayalan semata yang berwujud makhluk yang
haus darah. Di eropa, kisah-kisah fiksi tentang dracula semakin populer setelah adanya terbitan buku-buku yang
menceritakan tentang sesosok makhluk yang haus darah ini. Selanjutnya kisah
tersebut seperti menjadi jawaban paling benar tentang sosok dracula. Namun siapakah sebenarnya
sosok asli dracula tersebut?
Dracula sebenarnya
merupakan panglima Perang Salib yang dengan kejinya membantai lebih dari 300
ribu umat Islam. Dracula mempunyai nama asli Vlad Tepes yang lahir sekitar bulan Desember 1431 di
Transylvania, Rumania.
Penamaan dracula berasal
dari Bahasa Rumania (dracul) yang
mempunyai arti naga. Sedangkan akhiran ules
mempunyai arti ‘anak dari’. Setelah digabungkan nama Vlad Tepes menjadi Vlad
Draculea (Bahasa Inggris, Vlad Dracula). Vlad Draculea mempunyai arti ‘anak dari sang naga’. Karena ayah Vlad Tepes, yaitu Basarab juga yang
dikenal dengan sebutan Vlad Dracul merupakan anggota dari Orde Naga.
Dracula bersama adiknya yang bernama Radu dikirim ke Turki
sebagai jaminan ayahnya yang menyatakan kesetiaan kepada Kesultanan Turki Utsmani. DI Turki kedua kakak beradik ini memeluk
agama Islam. Mereka juga belajar di madrasah-madrasah untuk menuntut ilmu
agama.
Dengan identitasnya sebagai muslim, maka Dracula mendapatkan
kesempatan untuk menuntut ilmu kemiliteran. Ia belajar dari para prajurit
pilihan yang mahir dalam peperangan. Akhirnya dalam waktu yang relatif singkat,
Dracula berhasil menguasai teknik-teknik berperang Turki. Bakat Dracula dalam
berperang dilihat oleh Sultan Mehmed II. Akhirnya Sultan Mehmed II mengirim
Dracula yang ketika itu masih berusia 17 tahun untuk merebut Wallachia dari tangan Kerajaan Hongaria.
Dengan kemahirannya dalam berperang, Wallachia dapat ditaklukkan dari genggaman Kerajaan Hongaria.
Karena tugasnya sudah tuntas para pasukan Turki berondong-bondong untuk kembali
ke Turki.
Namun tidak disangka, Dracula menyatakan murtad dan
berkhianat kepada Kesultanan Turki
Utsmani. Pasukan-pasukan dari Turki yang masih tersisa di Wallachia disekap beberapa hari di
ruang bawah tanah. Selanjutnya mereka diarak dalam keadaan telanjang bulat
untuk menuju pinggir kota dan setelah itu mereka dieksekusi dengan cara disula.
Dua bulan berselang tahta Wallachia lepas dari tangan Dracula. Ia baru berkuasa kembali pada
tahun 1456 sampai 1462. Dalam masa kepemimpinannya dipenuhi aksi-aksi biadab
yang dilakukan oleh Dracula. Korbannya tidak hanya umat Islam saja namun juga
rakyat Wallachia yang beragama
Katolik.
Atas tindakan sewenang-wenangnya maka Sultan Mehmed II
mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pasukan Turki
ini dipimpin oleh Radu cel Frumos
yang merupakan adik Dracula sendiri.
Mengetahui rencana tersebut Dracula menyiapkan penyambutan
untuk pasukan Turki. Dracula memerintahkan untuk menangkap seluruh umat Islam
yang masih tersisa di wilayahnya. Lalu mereka digiring selama empat hari dalam
keadaan telanjang bulat dan disula. Mayat-mayat yang tersula tersebut lalu
dipajang di tepi sungai sepanjang 10 km untuk menyambut kedatangan pasukan
Turki.
Melihat situasi seperti ini, pasukan Turki seakan lemah tak
berdaya melihat pemandangan mayat yang tersula yang tidak sedikit jumlahnya.
Namun peran Sultan Mehmed II yang berhasil merangsek masuk melewati musuh
membuat prajurit kembali bernyali melawan penindasan dan kezaliman Dracula.
Pasukan Turki yang dipimpin oleh Radu cel Frumos berhasil mengepung Benteng Poenari. Dalam keadaan
terdesak, istri Dracula memutuskan untuk bunuh diri sementara Dracula lebih
memiih untuk melarikan diri.
Akhirnya hingga tahun 1475, Kesultanan Turki Utsmani berhasil menguasai Wallachia. Namun Wallachia lepas
kembali dan direbut Dracula yang didukung pasukan salib dari Transylvania dan
Moldavia.
Namun perjuangan Dracula akhirnya terhenti setelah tewas
dalam pertempuran melawan pasukan Turki yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II
pada Desember 1476. Kepalanya yang dipenggal diarak untuk dipertunjukkan kepada
rakyat Turki.
Pemerintah Rumania beranggapan bahwa Vlad Tepes/Dracula sebagai pahlawan nasional karena mati dalam
keadaan perang melawan Islam. Selain melalui cerita turun-temurun rakyat
Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula juga tercatat dengan
baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman dan Rusia.
Comments
Post a Comment