Cak Nun: Makhluk dari Mana Israel Ini
Ini merupakan tulisan dari Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang dipublikasikan oleh JPNN.com
MAKHLUK dari mana Israel ini, “adigang adigung adiguna”, boleh melakukan apa saja, pembunuhan massal, penggusuran besar-besaran, pemberangusan dan pemusnahan atas ummat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, kapan saja dia mau, tanpa sanksi yang memadai dari pihak manapun di muka bumi.
Nama kelompok kebangsaannya disebut paling banyak di
Al-Qur’an, bahkan dipakai sebagai nama Surah. Beberapa identifikator sejarah
penciptaan oleh Tuhan menyimpulkan yang disebut “Dajjal”, perusak dunia kelas
wahid, berasal dari suku Yahudi ini dan berambut keriting. Tapi orang tidak
benar-benar berani mengutuknya karena mereka keturunan Nabi Besar yang amat
kita takdzimi, yakni Ibrahim AS, entah dari beliau Ismail atau Ishaq. Dan kemah
ajaran beliau, millah Ibrahim, adalah induk segala ajaran, teologi monotheisme,
nama beliau kita sebut pada raka’at shalat kita semulia kekasih Allah Muhammad
SAW junjungan kita semua.
Mayoritas asset moneter global dan segala jenis modal
perekonomian, bank dunia, dan institusi-institusi keuangan primer dunia
dipegang oleh turunan beliau, dan strategi pengelolaannya sampai ke Kongres
Amerika Serikat berada di genggaman turunan yang lain dari beliau juga.
Sejumlah futurolog ekonomi menganjurkan anak-anak kecil sekarang mulailah
diajari berbahasa Arab karena akan menjadi bahasa utama dunia: pergilah cari
kerja ke Negeri koalisi 16 Pangeran di Jazirah Arab. Bahasa Ibrani tak perlu
dipelajari, karena para fungsionaris dari Israel mungkin lebih pandai berbahasa
Arab dibanding Raja Saudi dan lebih mlipis berbahasa Indonesia dibanding orang
Indonesia.
***
Anda tidak akan paham menemukan peta Indonesia Raya
dijadikan center display di sebuah web Israel dan Amerika Serikat. Juga agak
miris melihat tanda warna merah pada daerah tertentu dari Nusantara. Di Belanda
November 2008 saya ngobrol panjang dengan pemimpin Yahudi internasional Rabi
Awraham Suttendorp yang sangat mengenal Indonesia lebih detail dari kebanyakan
orang Indonesia sendiri, sebagaimana di kantor Perdana Menteri Israel Anda bisa
dolan ke sana dan melirik ruangan khusus yang berisi segala macam data tentang
Indonesia segala bidang yang diupdate setiap minggu.
Israel juga punya situs berbahasa Indonesia. Kepada Rabi
saya tanyakan kenapa disain tengah atas atau puncak mahkota keagamaan yang
beliau pakai memimpin peribadatan di Synagoge sama dengan disain bagian atas
rumah-rumah Pulau Jawa bagian utara. Kenapa ibukota Israel tidak Tel Aviv saja
tapi Java Tel Aviv. Kenapa kantor-kantor Yahudi di berbagai Negara pakai kata
Java. Apa pula hubungan dua konsonan yang sama itu: J dan W. Jewish dan Jawa.
Mana yang lebih tua: Jewish atau Jawa. Kalau Sampeyan keturunan Nabi Ibrahim,
apakah nenek moyang kami manusia Nusantara yang seluruhnya berpuluh abad yang
lalu disebut Jawa atau Jawi adalah ‘keponakan’nya Ibrahim ataukah lebih tua dari
Ibrahim.
Dari dunia Jawa dimunculkan sedikit informasi bahwa beberapa
waktu yang akan datang akan terjadi hasil “taruhan” antara Yahudi (Jewish)
dengan Jawa (bukan Jawa non-Sunda non-Batak dalam pengertian 100 tahun
terakhir): Kalau Yahudi yang memenangkan persaingan memimpin dunia, maka mereka
akan ajak Jawa menjadi rekanan kerja. Kalau Jawa yang ‘juara’ mereka akan
berguru kepada Jawa.
***
Apa-apaan itu? Dari bidang ilmu dan teknologi diberitakan
bahwa revolusi invensi atau penemuan-penemuan baru akan mengubah geo-ekonomi,
geo-politik dan kebudayaan dunia dari Cina, Brazil, Jepang dan Indonesia. Bangsa Indonesia memasuki 2009 sebagai ‘orang
lugu’ dan tidak perduli pada dirinya sendiri karena habis waktu dan enerjinya
untuk urusan kotak suara. Padahal sejumlah makhluk Tuhan di luar manusia yang
ditugasi menemani pertumbuhan peradaban ummat manusia sudah menyiapkan
dibukanya sejumlah penemuan di bidang telekomunikasi, energi dan pertanian.
Sengaja saya tuturkan kepada sidang pembaca hal-hal yang
“tidak-tidak”. Nanti kita akan sampai ke yang lebih “tidak-tidak” lagi:
Lemorian, banjir Nuh, Parikesit, terciptanya pulau-pulau Kalimantan Sumatra
Sulawesi dst. Dan akan saya sambung pada tulisan berikutnya minggu depan. Tapi
kita jangan bilang tidak masuk akal dulu sebelum kita bisa menjawab seberapa
masuk akal kelakuan Israel sekarang ini: dengan lancar dan mulus-mulus saja
menghajar Palestina di depan rumah saudara-saudaranya sendiri sesama bangsa
Arab, di depan hidung PBB.
Berdasarkan sejumlah “khayalan” saya di atas, ucapkan: “Ayo,
Israel! Kalau berani jangan hanya berantem sama anak kemarin sore. Datang ke
Indonesia, sini kamu, carok kita…!”
Sumber: JPNN.com
Comments
Post a Comment