Gaya Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Orang-orang berkabung mengeluarkan tangis ketika Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik wafat. Untuk menunjuk suksesornya, khalifah menuliskan
sebuah wasiat yang berisi permintaan untuk Umar bin Abdul Aziz agar menjadi
khalifah selanjutnya.
Mendengar berita tersebut, Umar pun terkulai lemas. Ia pun
berkata, ''Demi Allah, satu hal yang
tidak pernah aku minta dan aku mohonkan dalam setiap doa-doaku adalah hal ini
(diangkat menjadi khalifah)”. Saat itu juga pembaiatan Umar sebagai
khalifah dilakukan lalu dilanjutkan dengan pemberian pidato sambutan. Tapi,
yang terjadi malah, Umar melakukan pengunduran diri yang diucapkannya pada
pidato tersebut.
''Saudara sekalian,
saat ini aku batalkan pembaiatan. Pilihlah sendiri khalifah yang kalian
inginkan selain aku,” kata Umar dalam pidatonya sesaat setelah pembaiatan.Rakyat pun kembali membaiat Umar untuk
kedua kalinya. Umar pun menerimanya dan memberikan sambutan keduanya yang
berbunyi, “Aku bukanlah orang terbaik di
antara kalian. Justru, aku adalah orang yang memikul beban berat. Sesungguhnya,
orang yang melarikan diri dari seorang pemimpin yang zalim, dia bukan orang
zalim. Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk apabila dia berada dalam
kemaksiatan.”
Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, dilakukan
perubahan besar-besaran pada pemerintahannya. Kesempatan bagi pejabat untuk
korupsi coba dibinasakan sedemikian rupa. Umar pun memberikan contoh dimulai
dari dirinya sendiri. Hal ini terlihat pada perubahan pakaian Umar semenjak
menjadi khalifah. Sebelum menjabat menjadi khalifah, Umar kerap memakai
wangi-wangian dan pakaian sutra. Namun, semenjak menjadi khalifah, Umar dengan
segera menanggalkan pakaian tersebut dan menggantinya dengan pakaian yang
terbuat dari kain kasar. Perhiasan-perhiasan yang dimiliki istrinya pun dijual
Umar dan uangnya dimasukkan ke baitul mal.
Suatu saat, istrinya mendapatkan hadiah dari raja kerajaan
lain. Lalu, Umar meminta istrinya agar hadiah tersebut diberikan ke baitul mal. Istrinya menolak dengan
dalih bahwa hadiah tersebut ditujukkan kepadanya.
“Kau diberi hadiah
karena kau istri khalifah. Kalau seandainya kau bukan siapa-siapa, tentu kau
tidak akan mendapatkannya,” ujar Umar mengingatkan istrinya.
Ada juga pada suatu hari ketika anak Umar berkunjung ke
kantor ayahnya. Umar menanyakan terlebih dahulu kedatangan anaknya atas dasar
urusan negara atau keluarga. Anaknya menjawab urusan keluarga. Sontak, Umar
mematikan lampu penerang di ruang kantornya karena menurutnya penerang tersebut
memakai uang kas negara, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan negara
saja.
Dalam masa pemerintahannya, banyak rakyat yang merasakan
dampak positif. Ulama-ulama juga dilibatkan dalam kesejahteraan rakyat dengan
mengajarkan ilmu agama atas kerjasama dengan Khalifah Umar bin Abdul
Aziz.Khalifah Umar bin Abdul Aziz benar-benar menjalankan jabatannya karena
khawatir pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Pernah suatu saat
istrinya memergoki Umar menangis di tempat solatnya. Ia pun bertanya kepada Umar
mengapa menangis.
“Wahai Fatimah,
sesungguhnya aku memikul beban umat Nabi Muhammada SAW dari yang hitam hingga
yang merah,” jawab Umar. “Aku memikirkan persoalan orang-orang fakir dan
kelaparan, orang-orang sakit dan tersia-siakan, orang-orang yang tak sanggup
berpakaian, dan orang-orang yang tersisihkan, teraniaya, terintimidasi, yang
tertawan dalam perbudakan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak
kerabat namun hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu di
seluruh pelosok negeri,” kata Umar masih tersedu.
''Aku tahu dan aku
sadar bahwa Rabb-ku kelak akan menanyakan hal ini di hari kiamat. Aku khawatir,
saat itu aku tidak memiliki alasan yang kuat di hadapan Rabb-ku. Itulah yang
membuatku menangis,'' ujar Umar.
Sumber: Republika
Comments
Post a Comment