Dewa Osiris Berasal dari Nusantara?
Dewa Oziris (Osiris) dikenal sebagai dewa dalam legenda
Mesir Purba. Osiris merupakan penguasa sekaligus ilmuwan Mesir yang mati karena dibunuh saudaranya sendiri. Rakyat Mesir sangat menghargai jasa-jasanya dengan
menganggapnya sebagai Dewa Yang Agung.
Syaikh Thanthawi Jauhari di dalam Tafsir Jawahir menyebutkan
bahwa Osiris tidak lain adalah Idris a.s. Nama Idris berasal dari bahasa Arab,
sama halnya dengan Yohannes yang jika diucapkan dalam bahasa Arab berarti
Yahya. Begitu pula dengan Yesoa yang dalam bahasa Arab ialah Isa.
Masih menurut Syaikh Thanthawi, dikatakan pula bahwa Osiris
atau Idris a.s merupakan seorang nabi yang diutus untuk bangsa Mesir Purba.
Osiris membawa ajaran-ajaran yang mengubah bangsa Mesir.
Sementara itu, Sayid Quthub sependapat dengan Syaikh Thanthawi
tentang kemungkinan besar bahwa Osiris
merupakan Nabi Idris a.s. Hal ini diungkapkan Sayid Quthub di dalam Fi Zhilail Quran.
Mesir Purba percaya bahwa sebuah daerah yang menjadi asal
muasal dari Para Dewa. Daerah itu dikenal dengan nama Tanah Punt. Dikisahkan bahwa pada zaman Mesir Purba, seorang Ratu
saat itu yang bernama Ratu Hatshepsut mengirim delegasi menuju Tanah Punt. Ratu
Hatshepsut merupakan Firaun kelima dari Dinasti ke-18 Mesir Purba. Dari sini
terjalin kontak antara Mesir dan Tanah Punt.
Ada beberapa pendapat mengenai lokasi Tanah Punt ini. Salah
satunya merujuk kepada kepulauan Nusantara yang tidak lain adalah Indonesia. Ada
beberapa hal yang membuktikan hal tersebut.
1. Dalam sebuah buku yang berjudul The Shipwrecked Sailor,
penulisnya mengatakan bahawa lokasi Punt terletak di sebuah kawasan yang
berpulau. Kalaulah lokasi Punt itu terletak di pantai laut Afrika, maka secara
tidak langsung, teori Afrika sudah batal.
2. Terdapat ukiran di dinding kuil ratu Hatshepsut
menunjukkan lokasi Punt terletak di antara persimpangan jalan perdagangan
beberapa peradaban besar dunia. Lokasi seperti itu, tidak lain adalah Nusantara, yang terletak di laluan
perdagangan antara bangsa antara China dan India.
3. Jangka masa yang diambil oleh kapal-kapal Hatshepsut
sangat lama untuk kembali ke Mesir. Rekod mengatakan bahawa mereka hanya tiba
ke Mesir sewaktu tahun ke-5 pemerintahan Hatsheptsut. Bayangkanlah di manakah
lokasi tersebut? Jika terletak di Afrika, tidaklah mengambil waktu selama itu.
4. Terdapat ukiran di dinding Kuil Hatshesut yang
menjelaskan bahawa Raja Punt yang disinggahi delegasi Hatsheptsut memiliki
sebilah ‘pisau pendek’ yang diselitkan pada kain sarungnya. Ketahuilah bahwa
budaya Mesir purba tidak pula menyelitkan senjata pada kain atau celana. Budaya
ini dapat kita temui dengan adanya senjata keris, mandau, rencong, maupun lainnya.
5. Ukiran pada dinding Kuil Hatshepsut menyatakan bahwa
Negeri Punt dihuni orang-orang dengan berbagai macam warna kulit. Ada yang
berkulit gelap, terang kekuningan, dan kemerah-merahan. Di Nusantara ini dapat
dilihat dengan adanya suku yang berkulit gelap di daerah timur. Sementara warna
kulit kuning terang merujuk kepada Suku Banjar dan Suku Dayak di Kalimantan.
6. Ketua armada laut Hatshepsut mengatakan bahwa raja di
Negeri Punt memakai gelang pada pergelangan tangannya. Hal ini mirip dengan budaya
raja-raja dari Melayu.
7. Perdagangan yang terjadi antara Mesir Kuno dengan Negeri
Punt memperdagankan kemenyan sebagai produknya. Dan Sumatera dikenal secara
luas sebagai daerah penghasil kemenyan terbaik.
8. Pada ukiran Kuil Hatshepsut dikenal dengan budaya melilit
sesuatu di kepala oleh penduduk Tanah Punt. Jika di Jawa hal ini dinamakan
blankon, Melayu mempunyai Tengkolok, dan ada lagi suku lainnya yang mempunyai identitas
ikat kepala.
Jika dilihat bukti di atas dapat disinyalir bahwa tanah asal
muasal Para Dewa Mesir yaitu Tanah Punt berada di Nusantara. Selain itu,
mungkin saja Osiris atau Idris a.s berasal dari Nusantara juga.
Wallahu a’lamu bishshawab
Sumber:
Kanzunqalam
Comments
Post a Comment