Syekh Muhammad Thahir al-Asyi Membuat Kitab untuk Sultan Maladewa





Di sebuah katalog yang menyimpan naskah-naskah di Perpustakaan Masjid al-Haram (Maktabah al-Haram al-Makki), Makkah, terdapat naskah bernomor 1702 dengan kategori al-Fiqh al-Syafi’i dengan judul Majmu’ah Masa’il Fiqhiyyah fî al-Fiqh al-Syafi’i. Di dalam naskah tersebut terdapat himpunan pendapat ulama mazhab Syafii dari berbagai lintas generasi dalam beberapa permasalahan hukum yang berjumlah 172 halaman.

Yang menarik dari naskah tersebut ialah penulis yang berasal dari tanah Jawi (Nusantara) tepatnya Asyi (Aceh). Ulama tersebut bernama Syekh Muhammad Thahir al-Jawi al-Asyi. Dalam keterangan yang terdapat diakhir naskah tersebut tertulis bahwa naskah ini ditujukan kepada seorang sultan yang bernama Hasa Nuruddin anak dari Sultan Hasan ‘Izzuddan.

Berdasarkan informasi yang didapat Syekh Muhammad Thahir al-Jawi al-Asyi merupakan ulama yang telah lama tinggal di Mekkah. Ketika pulang ke Aceh beliau menjadi ulama besar di daerah Pedir, Aceh.

DI Aceh beliau lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Thahir Tiro (Tengku Chik [Syik] Cot Pileng Tiro) yang masih bersepupu dengan Syekh Muhammad Samman Tiro (Teungku Chik Di Tiro).

Syekh Muhammad Thahir menuliskan naskah tersebut untuk dutujukan kepada seorang sultan yang bernama Sultan Hasan Nuruddin ibn Sultan Hasan ‘Izzuddin. Nama dari naskah tersebut adalah kitab Majmu’ah al-Masa’il al-Fiqhiyyah.

Kedua sosok di atas, Syekh Muhammad Thahir dan Sultan Hasan Nuruddin hampir dipastikan hidup pada zaman yang sama. Ini didasari karena adanya sebuah tulisan Maulana al-Sulthan (Tuan Sultan Kami) oleh penyalin naskah yang menjadi bukti adanya keterkaitan hubungan diantara kedua sosok tersebut.

Setelah digali informasi diketahui bahwa Sultan Hasan Nuruddin putra dari Sultan Hasan ‘Izzuddin putra dari ‘Imaduddin IV merupakan sultan dari Maladewa yang terletak di selatan India. Sultan Hasan Nuruddin memiliki gelar Sultan ‘Imaduddin VI.

Kesultanan Maladewa diperintah oleh Sultan Hasan Nuruddin dari tahun 1893-1903 M dengan gelar lengkap Sultan Haji Muhammad Imaaduddeen VI Iskandar Sri Kula Sundara Kattiri Buwana Maha Radun. Beliau lahir pada tahun 1863 M. Beliau diketahui fasih berbahasa Urdu, Persiam dan Arab dengan baik. Sultan Hasan Nuruddin juga sudah melaksanakan ibadah haji dan dikenal seagai sultan yang taat, mencintai ilmu pengetahuan, dan menghormati ulama.

Syekh Muhammad Thahir al-Asyi menggambarkan sosok Sultan Maladewa ini sebagai seorang yang memiliki pengetahuan agama yang luas sekaligus sangat mencintai fakir miskin. Pada tahun 1903 Sultan Hasan Nuruddin diturunkan oleh Inggris yang ketika itu menjajah Maladewa. Setelah itu beliau eksil ke Mesir hingga wafat di sana pada tahun 1932, saat ini kuburan beliau berada di Kairo.

Fakta sejarah ini membuktikan bahwa hubungan ulama terdahulu sudah mencapai negeri jauh di Maladewa. Naskah yang bernama Majmû’ah al-Masa’il al-Fiqhiyyah kini masih tersimpan di Perpustakaan Masjid al-Haram Makkah.

Sumber: Republika

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel