Bahagianya Orang Indonesia



Kapan terakhir kali kita merasa putus asa? Saat itu apa yang dirasakan? Pastinya saat itu kita lupa bahwa selalu ada ‘Sesuatu’ yang dengan sigap menemani kita. Baik ketika sedang sedih, kesal, maupun ketika utang banyak.

Tuhan itu nggak peduli kalau kamu itu dari suku apa, bangsa apa, atau planet apa. Yang penting kamu itu Tuhan yang ciptakan. Jadi, Dia yang punya kehendak atas dirimu. Dia menjagamu, mengayomi dirimu dan yang pasti mengasihimu. Keterlaluanlah kita jika menganggap Dia tidak peduli dengan kita. Bahkan menganggap Dia tidak ada dalam situasi apapun. Mulai dari sini (termasuk saya) cobalah terus-terusan untuk menempatkan Tuhan sebagai faktor utama dalam kehidupan ini. Karena tidak ada sesuatu apapun yang luput darin-Nya. Termasuk jumlah dedaunan yang ada di pohon milik anda.

Sekarang kita mengalami masa-masa dimana kebahagiaan semakin tidak jelas caranya. Juga semakin aneh bagaimana memempuhnya. Orang-orang sekarang tidak bahagia jika tidak mengupload foto-foto mesranya dengan kekasihnya ke medsos. Orang sekarang juga tidak bahagia jika tidak bepergian ke tempat-tempat wisata gaul yang dipenuhi gaya mewah. Semua orang berlomba sebisa mungkin tampil dengan ciri masing-masing agar mendapat tempat di mata masyarakat. Soal itu hanya menjadi ‘pakaiannya’ dalam kurun sementara. Ketika balik menjadi dirinya sendiri, buyarlah semua aktingnya barusan.


Tapi bersyukurlah menjadi orang Indonesia yang tetap bahagia walau utang numpuk, sekolah tak karuan, dan kerjaan tidak jelas. Orang Indonesia menemukan kebahagiaannya dengan caranya sendiri. Orang Indonesia akan sangat bahagia dengan menolong sesama. Walau hanya memberi senyuman kepada saudara sendiri. Tapi itupun terhitung sedekah. Orang Indonesia tidak akan mati jika hanya tidak menempuh gaya kehidupan mewah manusia-manusia modern saat ini. Mereka tetap bahagia. Mungkin karena itu Tuhan membiarkan Indonesia tetap miskin-miskin saja. 

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel