Persengkokolan Kaum Komunis dan Kapitalis pada Revolusi Bolshevik
Pada setiap revolusi tersimpan sebuah kekuatan besar yang
menopangnya. Kekuatan ini mengendalikan laju revolusi yang terjadi. Jika
revolusi di Turki dan Prancis dikendalikan oleh keluarga Rothschild, maka di
balik Revolusi Bolshevik terdapat tangan dingin Rockefeller. Rothschild dan
Rockefeller banyak mengambil andil besar dalam berbagai revolusi, perang, dan perubahan
konstelasi politik di dunia, baik di Eropa, Amerika, maupun di Timur Tengah.
Revolusi Bolshevik di Rusia merupakan suatu fakta sejarah
yang mengubah tata kehidupan hidup di Rusia. Banyak yang berpendapat bahwa
keberhasilan revolusi ini dikarenakan dukungan besar kaum tani yang sudah muak
dengan kepemimpinan tirani Tsar.
Walaupun Revolusi Bolshevik terjadi pada November 1917, tapi
jangan lupa bahwa Tsar sudah turun tahta tujuh bulan sebelumnya. Runtuhnya
monarki Tsar Nicholas II dimanfaatkan oleh Pangeran Lvov untuk mendirikan
pemerintahan sementara dengan berkiblat ke Amerika Serikat. Pemerintahan Lvov
digulingkan oleh Alexander Kerensky yang merupakan seorang Marxis dan penentang
kelompok Bolshevik.
Ketika Tsar turun tahta para pemimpin utama Revolusi
Bolshevik, yaitu Lenin dan Trotsky tidak berada di Rusia. Lenin masih berada di
Swiss bahkan sejak tahun 1905. Sementara Trotsky malah berada di New York yang
bekerja sebagai wartawan. Mereka baru pulang kembali ke Rusia setelah para
tokoh berpengaruh di Eropa dan Amerika Serikat, termasuk anggota keluarga
Rockefeller menyuruh mereka pulang. Trotsky kembali ke Rusia menggunakan paspor
Amerika, sementara Lenin secara diam-diam pulang dengan melintasi sealed train
yang terkenal.
Antony Sutton
membedah hubungan kaum kapitalis dengan Revolusi Bolshevik. Dalam bukunya yang
berjudul Wall Street And The Bolshevik Revolution ia memaparkan opininya.
“Meskipun memonopoli industri pernah menjadi tujuan dari
J.P. Morgan dan J.D. Rockefeller, pada akhir abad kesembilan belas orang dalam
Wall Street memahami bahwa cara paling efisien untuk mendapatkan monopoli yang
tak terkalahkan adalah dengan menggunakan geopolitik dan membuat masyarakat
bekerja untuk para pelaku monopoli atas nama kebaikan dan kepentingan
masyarakat. Strategi ini dijelaskan dengan rinci pada 1906 oleh Frederick C.
Howe dalam bukunya yang berjudul Confessions of a Monopolist. Omong-omong, Howe
juga tokoh penting dalam kisah Revolusi Bolshevik.”
“Salah satu penghalang untuk memahami secara mendalam
sejarah terkini adalah pernyataan bahwa semua kapitalis adalah musuh paling
sengit dan teguh dari semua Marxis dan Sosialis. Pendapat yang salah ini
berasal dari Karl Marx dan tak diragukan lagi berguna bagi tujuannya.
Sebenarnya, pendapat tersebut omong kosong. Selama ini ada aliansi yang
berkesinambungan, meskipun tersembunyi, antara para kapitalis politik
internasional dan para sosialis revolusioner internasional yang saling menguntungkan.”
“Singkatnya, ini adalah kisah tentang Revolusi Bolshevik dan
akibatnya, tetapi sebuah kisah yang menyimpang dari pendekatan konseptual
terbatas dari Kapitalis melawan Komunis. Kisah kita menceritakan sebuah
hubungan kerja sama antara kapitalisme monopoli internasional dan sosialisme
revolusioner internasional yang saling menguntungkan. Korban manusia dari
aliansi ini jatuh di pundak rakyat Rusia dan rakyat Amerika. Bisnis dicemarkan
nama baiknya dan dunia didorong menuju perencanaan sosialis yang tidak efisien
sebagai akibat dari berbagai manuver monopoli dalam dunia politik dan
revolusi…”
Selain Antony Sutton
ada sejarawan Inggris juga memaparkan hubungan kaum kapitalis dengan kelompok
Bolshevik. Nesta Webster dalam bukunya yang berjudul The Surrender of An Empire
memaparkan seperti ini.
“Seandainya kelompok Bolshevik, begitulah mereka sering
digambarkan, hanyalah kelompok revolusioner yang ingin menghancurkan harta
kekayaan, pertama di Rusia, dan kemudian di setiap negara lain, maka umumnya
mereka akan mendapati diri mereka mendapatkan perlawanan terorganisir dari para
pemilik harta kekayaan di seluruh dunia, dan Moskow akan dengan cepat hancur.
Kelompok minoritas ini dapat merebut kekuasaan dan, setelah berkuasa,
mempertahankan kekuasaan mereka hingga saat ini, karena berutang pada beberapa
pengaruh kuat di belakang mereka.”
Sumber: ardiyansyah.com
Comments
Post a Comment