Pelukis kelas Dunia Itu Bernama Raden Saleh
Raden Saleh mangasah bakat seninya dengan menuntut ilmu di Eropa. Inilah yang mengakibatkan Raden Saleh menjadi orang Indonesia pertama yang melukis dengan disiplin Barat. Dalam menorehkan lukisannya, Raden Saleh mengembangkan teknik perspektif, kesempurnaan bentuk, perwujudan yang fotorealistik, proporsi, dan nuansa klasik. Ini menjadikan Raden Saleh sebagai Bapak Lukis Modern Indonesia.
Permulaan perkenalan Raden Saleh dengan dunia lukis berawal ketika pamannya menempatkan Raden Saleh di Cianjur. Awalnya pamannya menginginkan Raden Saleh menjadi pegawai Belanda. Namun, saat berada di Cirebon tersebut Raden Saleh bertemu dengan seorang yang bernama AAJ Payen, pria asal Belgia yang ditugaskan pemerintah kolonial untuk melukis pemandangan dan alam.
Payen terkesan melihat bakat lukis Raden Saleh. Lalu ia merekomendasikan kepada Van Der Capellen untuk memberikan kesempatan kepada Raden Saleh untuk menuntut ilmu di Belanda. Raden Saleh menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Belanda pada tahun 1830. Ketika itu ia masih berusia 18 tahun.
Pemerintah kolonial Belanda lalu menghadiahi Raden Saleh untuk dapat mengelilingi Eropa. Akhirnya, Raden Saleh memilih untuk menetap di Dresden, Jerman. Di sana ia disambut baik oleh para elite setempat. "Di Jerman dia pernah diundang makan malam oleh Ratu Victoria. Itu luar biasa. Kalau diibaratkan saat ini, sama halnya diundang makan oleh Obama. Luar biasa, hebat, dan orang itu berasal dari sini, pelukis Jawa," ujar Kurator asal Jerman, Werner Kraus.
Dalam sejarah seni rupa Jerman, Raden Saleh lah orang pertama yang melukis dengan gaya orientalisme disaat Jerman belum mengenal gaya ini. Dari Jerman ia berkelana ke Paris (Prancis) yang sedang ramai dengan aliran Romantisisme. Di sini, Raden Saleh dipengaruhi besar oleh pelukis aliran Romantisisme, yaitu Victor Eug ne Delacroix.
Karya-karya Raden Saleh yang mengusung aliran Romantisisme antara lain, Berburu Banteng di Jawa, Perkelahian dengan Singa, Banjir di Jawa, dan Berburu Singa di Jawa. "Selain Delacroix, seniman Prancis yang sebenarnya cukup mempengaruhi karya Raden Saleh adalah Theodore Gericault. Lukisan ‘Banjir di Jawa’ terlihat terpengaruh ‘the Raft of Medusa’-nya Gericault," kata Werner Kraus.
Setelah lama berpetualang di Eropa, Raden Saleh akhirnya pulang lagi ke tanah air pada tahun 1851. Ia mendapat tugas sebagai konsevator Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni selain juga menyalurkan hobi melukis pemandangan dan potret para bangsawan. Salah satu karya monumentalnya ialah lukisan yang berjudul “Penangkapan Diponegoro” yang ia serahkan kepada Raja Belanda Willem III.
Lukisan “Penangkapan Diponegoro” dibuat Raden Saleh sebagai respon atas lukisan “Penaklukan Diponegoro” karya Nicolaas Pieneman. Lukisan “Penangkapan Diponegoro” menjadi bukti masih adanya rasa nasionalisme Raden Saleh terhadap negerinya walau sudah lama berada di negeri orang.
"Berbeda dengan Pieneman, di lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam tasbih," kata Kraus. "Pada masanya hal yang dilakukan Raden Saleh mungkin masih jauh bila dikaitkan dengan persoalan nasionalisme. Tapi saat itu dia telah menunjukkan antikolonialisme. Dia pernah diduga menyebarkan berita soal buruknya perlakuan Belanda terhadap Diponegoro, dan hal itu termuat di salah satu media Prancis hingga menimbulkan banyak protes ke pemerintah Belanda."
Sumber: Historia.id
Comments
Post a Comment